BANDUNG — Rupiah kian jeblok, dibayangi dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Usai Bank Indonesia mempertahankan suku bunga.
Mengutip data Refinitiv rupiah pada Jumat (21/6/2024) dibuka Rp16.440 terhadap dolar AS. Melemah 0,09%, posisi ini terparah sejak era pandemi Covid-19 terjadi sekitar empat tahun lalu.
Presiden Joko Widodo memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. Dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, ke Istana Negara, Jakarta, Kamis (20/9/2024).
Pertemuan ini membahas langkah stabilisasi rupiah yang kursnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sempat melayang ke level atas Rp 16.400.
Kepada Presiden, Sri Mulyani mengungkapkan tekanan terjadi pada rupiah beberapa hari terakhir. Sebetulnya disebabkan faktor global, seperti kuatnya perekonomian AS. Hal itu, menyebabkan bank sentral diduga banyak pelaku pasar sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate.
Selain itu, ada perbedaan arah suku bunga oleh negara-negara maju. Karena bank sentral Eropa kini malah menurunkan suku bunga acuannya. Adapun, fundamental ekonomi RI dinilai cukup baik.
Gubernur BI Perry Warjiyo sudah menjelaskan kepada Presiden Jokowi bahwa pelemahan terjadi karena sentimen. Beberapa hari terakhir hingga bergerak di atas Rp 16.400 dipicu oleh faktor sentimen jangka pendek. Sebab, dia menekankan kalau dilihat dari faktor fundamental rupiah seharusnya menguat. <Anto/geobdg>