Tangkapan Layar Ilustrasi

Pasar Tembaga Surplus, Tapi AI buat Kiamat dan Semakin Langka

1 minute, 40 seconds Read

BANDUNG — Tembaga ini digunakan dalam berbagai industri dan produk diperlukan untuk memenuhi target net zero. Termasuk kabel listrik, kendaraan listrik, dan pembangkit listrik tenaga surya. Banyak analis memperkirakan saat ini dunia kekurangan tembaga dalam jangka menengah dan panjang.

Pusat data diperkirakan akan memperburuk kekurangan ini dalam upaya mengakomodasi aplikasi AI. Dengan menggunakan chip lebih boros energi dan meningkatkan kebutuhan energi.

“Pusat data sendiri tak menggunakan tembaga secara intensif. Tetapi, menyalurkan listrik ke pusat data itu membutuhkan tembaga secara intensif,” kata Colin Hamilton. Analis komoditas di BMO Capital Markets, dilansir dari laporan The Financial Times, belum lama ini.

Baca juga: ai-bikin-tembaga-makin-langka-ini-kata-raksasa-tambang-dunia/

Tembaga digunakan tak hanya untuk menyuplai daya ke pusat data tetapi juga dalam sistem pendingin. Dan untuk menghubungkan prosesor di pusat data tersebut.

Tapi, pihak lain memperingatkan bahwa perkiraan jangka panjang untuk tembaga di pusat data sangat tak pasti.

“Kami mencoba memprediksi masa depan pasar belum banyak kami ketahui,” kata seorang analis. “Kita berada pada masa awal AI, jadi berapa banyak AI akan digunakan dunia pada tahun 2050? Kami tak tahu apa-apa.”

Lemahnya permintaan di Tiongkok sudah membebani harga tembaga tahun ini. Diperdagangkan pada harga sekitar $9.207 per ton, 15% lebih rendah dari puncaknya pada bulan Mei.

Pasar tembaga mengalami surplus tahun ini karena rendahnya permintaan, dan hal ini juga akan berlanjut pada tahun depan. Menurut perkiraan BHP, sebelum berbalik arah pada akhir dekade ini.

Perusahaan ini memperingatkan pada bulan Agustus bahwa meningkatnya permintaan tembaga “pada sepertiga akhir tahun 2020an” bisa menyebabkan harga melambung karena permintaan melebihi pasokan. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts