JAKARTA, (geobdg) — Membawa dampak atau imbas rumor gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kini, harga minyak mentah dunia berakhir di zona merah pekan ini. hal itu efek memudar-nya ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS), dan permintaan China yang masih lemah.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (2/2/2024), harga minyak mentah Brent anjlok 1,74% menuju posisi US$ 77,33 per barel. Hal itu, dengan minyak mentah WTI yang ambles lebih dalam 2,09% ke US$ 72,28 per barel.
Selama sepekan dua harga acuan minyak mentah dunia tersebut sudah tergelincir lebih dari 7%, yang kemudian mengakhiri tren penguatan selama dua minggu beruntun.
Penyusutan harga minyak mentah dunia diduga akibat laporan yang tidak berdasar mengenai gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Terdapat suatu laporan yang muncul bahwa perjanjian gencatan senjata antara dua negara yang sudah berkonflik ratusan tahun tersebut sedang dalam proses, dan Hamas mengatakan pihaknya sedang meninjau perjanjian itu.
Gencatan senjata Israel-Hamas apabila benar dapat terjadi, harapannya bisa meredakan ketegangan konflik di Timur Tengah dan membuat Houthi menghentikan serangan terhadap pelayaran di Laut Merah yang selama ini sudah mengganggu perdagangan global dan membebani ongkos bahan bakar kapal.
Faktor lain yang mengerek turun harga minyak juga ditengarai oleh sikap Hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (the Fed) yang masih berlanjut menahan suku bunga pada level tinggi dan belum memberikan isyarat pemangkasan suku bunga dalam jangka pendek.
Beberapa bulan lalu, pasar nampak terlalu optimis memperkirakan the Fed akan segera pangkas suku bunga pada kuartal pertama tahun ini. Realitanya, ekonomi AS masih panas dengan pasar tenaga kerja yang ketat walau inflasi sudah melandai, hanya saja masih jauh dari target di level 2%.
<Anto/geobdg>.