BANDUNG — Kembali, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat murka karena menolak seruan. Hal itu, untuk mengendurkan tuntutannya agar pasukan Israel tetap berada di wilayah perbatasan selatan Gaza. Sebagai syarat untuk kesepakatan gencatan senjata.
Netanyahu menyatakan bahwa menguasai koridor penting ini sangat vital bagi Israel untuk memutus jalur pasokan utama bagi Hamas.
Koridor Philadelphia, terletak di perbatasan selatan Jalur Gaza berbatasan dengan Mesir. Menjadi titik perdebatan utama dalam upaya mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di Gaza. Dan mengembalikan sandera Israel ditahan oleh Hamas.
Hamas menolak keras kehadiran Israel di koridor itu. Sedangkan Netanyahu bersikukuh bahwa Israel tak akan meninggalkan area itu. Di mana pasukan Israel sudah menemukan puluhan terowongan digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Gaza.
“Poros kejahatan membutuhkan Koridor Philadelphia. Dan untuk alasan itu kita harus mengendalikan Koridor Philadelphia,” ucap Netanyahu dalam konferensi pers di Yerusalem, dikutip Reuters, Selasa (3/9/2024).
“Hamas bersikeras agar kita tak berada di sana. Dan karena itu, saya bersikeras kita harus berada di sana,” terangnya.
Tekanan Internasional
Netanyahu memperingatkan bahwa jika Israel menarik diri dari koridor itu. Tekanan internasional akan membuat sulit untuk kembali ke area itu di kemudian hari.
Sikap Netanyahu dalam negosiasi yang telah berlangsung selama beberapa minggu namun belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan, telah membuat frustrasi sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat, serta memperlebar keretakan dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.
Pada Minggu, Gallant sudah beberapa kali berselisih dengan Netanyahu dan menteri lainnya. Mendesak kabinet untuk membalikkan keputusan sebelumnya agar pasukan tetap berada di Koridor Philadelphia. Hal itu, demi mencapai kesepakatan untuk membawa lebih banyak sandera pulang.
Ketika ditanya apakah dia akan memecat menteri pertahanannya. Netanyahu mengungkapkan mereka masih bisa bekerja sama “selama masih ada kepercayaan.” Netanyahu pernah memecat Gallant tahun lalu terkait isu lain tapi kemudian mundur karena menghadapi protes publik besar.
Tetapi, Netanyahu menuturkan bahwa kepercayaan itu membutuhkan satu hal di atas segalanya. Bahwa semua menteri, tanpa kecuali, harus mematuhi keputusan pemerintah dan kabinet. “Dan itulah yang sedang diuji sekarang,” imbuhnya. <Anto/geobdg>