BANDUNG — Museum Ka’bah, yang juga dikenal dengan sebutan Museum Haramain. Tergambarkan sejarah dua Tanah Suci, yakni berdirinya Masjidil Haram, Mekkah dan Masjid Nabawi, Madinah. Museum ini terletak di Mekkah, kawasan perbukitan Ummul Joud, Mekkah, sekitar 10 kilometer dari Masjidil Haram. Banyak benda-benda bersejarah dipamerkan sejak berdirinya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Museum yang penting ini didirikan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz.
Museum ini, menyimpan benda-benda dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Terdapat potongan pilar Kabah yang bentuknya sudah seperti kayu fosil berwarna cokelat tua disimpan bersama kunci pintu Kabah dari kayu, juga berwarna cokelat tua, ada pula pilar utuh tahun 65 Hijriah. Pintu Kabah selalu dikunci, dan pemegang kunci sudah turun temurun dari satu keluarga, sejak sebelum Nabi lahir. Tangga kuno yang pernah dipakai untuk masuk ke Kabah juga tersimpan di museum ini. Kotak parfum Kabah juga berwarna cokelat tua. Botol-botol parfum yang dipakai untuk mengharumkan ruangan Kabah disimpan di kotak tersebut. Tiang Kabah telah berkali-kali diganti.
Di museum ini, pula disimpan potongan tiang Kabah di masa-masa awal. Disimpan pula pelapis Hajar Aswad dan pelapis Maqm Ibrahim. Kabah di bumi, mula pertama dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Sith, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Kabah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Kathir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israel), bukan dari Nabi Muhammad.
Kabah yang dibangun Ibrahim pernah rusak di masa dikuasai Kabilah Amaliq. Kabah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim, tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Kabah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.
Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Kabah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini tinggi Kabah ditambah menjadi 25 hasta, dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian dsimpan oleh Qusai hingga masa Kabah dikuasai oleh Quraisy. Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy, terhitung ada 2.645 tahun. Di masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Kabah. Kelambu Kabah pun terbakar karenanya sehingga merusak bangunan Kabah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Kabah. Bangsa Quraisy mmbeli kayu bekas kapal yang tedampar dipelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk pilar Kabah.
Di masa Abdullah bin Az-Zubair, Kabah juga terbakar saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi. Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Kabah diruntuhkan. Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke KhalifahAbdul Malik bin Marwan, memberitahukan Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Kabah, dan memasukkan Hijir Ismal ke dalam bangunan Kabah. Hajjaj ingin mengembalikan Kabah seperti di masa Quraisy. Pintu kedua yang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamani ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula. Tapi Khalifah Abdul Malik belakangan menyesali setelah tahu bahwa Kabah di masa Abdullah bin Az-Zubair dibangun berdasarkan hadis Aisyah.
Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Kabah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair, karena sesuai dengan keinginan Nabi, tapi Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Kabah selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin diseluruh penjuru dunia.
<Anto/geobdg>