TOKYO–Mayoritas warga Jepang tidak berkeberatan atas layanan kencan yang didukung negara untuk membantu meningkatkan pernikahan dan angka kelahiran. Menurut survei nasional Asahi Shimbun yang dilakukan melalui telepon pada tanggal 15 dan 16 Juni menemukan bahwa 54 persen responden mendukung inisiatif tersebut dan 36 persen menolak.
Survei ini mengikuti pengumuman pemerintah metropolitan Tokyo baru-baru ini mengenai aplikasi perjodohan bertenaga AI yang akan datang.
Hasil survei menunjukkan tidak ada kesenjangan gender yang signifikan dalam hal dukungan terhadap aplikasi kencan yang dikelola pemerintah. Namun, generasi muda lebih antusias terhadap gagasan ini, dengan 64 persen generasi berusia 18 hingga 29 tahun dan 74 persen berusia 30-an menyatakan persetujuannya. Khususnya, di kalangan perempuan berusia 30-an, dukungan terhadap layanan tersebut mencapai 80 persen.
Secara regional, Tokyo memiliki opini yang lebih terpecah, dengan 47 persen mendukung dan 44 persen menentang inisiatif tersebut. Pada bagian terpisah dari survei ini, para responden ditanya mengenai ekspektasi mereka terhadap keseluruhan tindakan pemerintah yang bertujuan menaikkan angka kelahiran yang cenderung turun.
Mayoritas responden -57 persen-menyatakan kurang percaya diri terhadap langkah-langkah ini, sementara 39 persen menyatakan harapan akan hasil yang positif. Sentimen ini tetap konsisten antar gender dan kelompok umur.
Di antara mereka yang mendukung Kabinet Perdana Menteri Fumio Kishida, 52 persen menyatakan optimisme, sedikit melebihi 45 persen yang tetap skeptis. Pada tahun 2023, tingkat kesuburan negara tersebut, atau jumlah rata-rata anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang perempuan seumur hidupnya, mencapai rekor terendah yaitu 1,2. <ds/geobdg>