Tangkapan layar: Ilustrasi mmbak air laut di Samudera Atlantik yang melebihi prediksi

Dari Samudera Atlantik: Tanda Baru Kiamat Bumi Muncul

3 minutes, 39 seconds Read

BANDUNG – Perubahan iklam kini terdasyat dan terlihat di Samudera Atlantik, hal ini apakah tanda-tanda ‘kiamat bumi’. Hal tersebut, terjadi kerusakan sirkulasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC).

The Guardian melansir bahwa sirkulasi laut di Samudera Atlantik kini sedang menuju titik kritis. Hal itu, merupakan berita buruk bagi sistem iklim dan bagi perdaban umat manusia. Dari para ilmuwan dipenelitiannya juga terkejut dengan kecepatan titik kerusakan itu dapat tercapai. Walaupun mereka juga belum bisa memprediksi seberapa cepat hal itu dapat terjadi.

Dengan model komputer dan data masa lalu, peneliti mengembangkan indikator peringatan dini terhadap rusaknya sirkulasi AMOC atau sistem arus laut yang merupakan komponen kunci dalam regulasi iklim global.

Ilmuwan menemukan AMOC sudah berada pada jalur perubahan yang mendadak, yang belum pernah terjadi lebih dari 10.000 tahun dan akan berdampak sangat buruk di sebagian besar makluk dunia.

AMOC, yang meliputi sebagian Arus Teluk dan arus kuat lainnya, adalah sabuk pengangkut laut yang membawa panas, karbon, dan nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik, tempat ia mendingin dan tenggelam ke laut dalam. Pengadukan ini membantu mendistribusikan energi ke seluruh bumi dan memodulasi dampak pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Sistem ini terjadi akibat mencairnya gletser di Greenland dan lapisan es Arktik yang lebih cepat dari perkiraan. Sehingga mengalirkan air tawar ke laut dan menghambat tenggelamnya air yang lebih asin dan hangat dari selatan.

Penelitian menunjukan AMOC sendiri, terus mulai menurun hingga 15% sejak tahun 1950 dan berada pada kondisi terlemahnya dari satu millennium.

Hal lainnya, berdasarkan penelitian berdasarkan perubahan suhu di permukaan laut menunjukan titik kritis bisa terjadi antara tahun 2025 dan 2095. Walaupun Kantor Meteorologi Inggris mengungkapkan perubahan besar dan cepat di AMOC tak mungkin terjadi.

“Ya, sangat tak mungkin terjadi di abad ke 21 ini,” tulisnya.

Bahkan ada makalah terbaru yang diterbitkan Science Advance juga membuat penelitian pada tingkat salinitas di bagian Selatan Samudra Atlantik antara Cape Town dan Buenos Aires. Tentunya, dengan cara melakukan simulasi perubahan iklim global di jangka waktu 2.000 tahun pada model komputer.

Diketahui data bahwa penurunan AMOC yang lambat bisa menyebabkan keruntuhan mendadak dalam waktu kurang dari 100 tahun, dengan konsekuensi bencana. Makalah tersebut,  menjelaskan jawaban bahwa hal itu bisa memberikan ‘berita buruk’ bagi bumi.

“Hal ini, adalah berita terburuk bagi sistem iklim dan umat manusia sebab hingga saat ini orang mungkin berpikir bahwa AMOC hanya konsep teoritis dan tipping akan hilang secepat mungkin,” tulis laporan itu.

Dalam penulisan dilaporan tersebut, juga menunjukan dampak runtuhnya AMOC, membuat permukaan di Atlantik akan naik satu meter di beberapa wilayah. Hingga akan meluber dan menggenangi banyak kota di pesisir pantai.

Selain itu, dampaknya musim hujan dan kemarau di Amazon akan berubah, hingga suhu di dunia akan berfluktuasi jauh yang tidak menentu. Juga belahan bumi selatan akan menjadi hangat dan eropa akan mengalami suhu yang dingin drastic dengan curah hujan yang lebih sedikit.

Adapun laporan itu juga mengatakan perubahan itu bisa terjadi 10 kali lebih cepat dibandingkan saat ini. Hingga adaptasi hampir mustahil dilakukan.

“Berita yang paling membuat kaget adalah kita menuju itu,” kata penulis utama makalah tersebut, René van Westen dari Universitas Utrecht.

“Hal ini akan sangat menghancurkan Bumi,” jelasnya.

Tetapi Rene menuturkan belum ada cukup data untuk memastikan hal itu kapan akan terjadi. Namun perubahan terus akan terjadi.

“Kabar buruknya, kita bergerak ke arah itu, tentu agak menakutkan. Kita perlu menangani perubahan iklim ini perlu implementasi yang kongkret,” timpalnya. 

<Anto/geobdg> 

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply