BANDUNG — Sosok yang mengamini harapan dengan memulai bisnis di era pandemi, adalah Rachel Lakhiani. Perempuan kealhiran 23 September 1990 ini merupakan Founder & CEO Dew It, produk perawatan diri berkonsep hands-free pertama di Indonesia. Rachel Lakhiani dengan mengembangkan Skincare yang fungsional.
Perjalanan Rachel menjadi seorang entrepeneur rupanya sudah tertanam sejak kecil, meski ia juga pernah mengasah skillnya di berbagai bidang. Ia terinspirasi dari keluarganya yang sibuk dengan berbisnis. Sejalan dengan mimpinya itu, ia juga merasa ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi sesama perempuan.
Apakah Anda termasuk seseorang yang perfeksionis? Bagaimana memanage hal itu dalam tim?
Dari satu sisi kita akan keluarkan produk yang mungkin levelnya atau kualitasnya tinggi, tapi sisi lain adalah agak negatif karena kita akan overthinking. Ada timku yang jadi partnerku, dia selalu bilang “Gapapa Rachel, kita harus maju aja”. Most of the time dia benar, tapi it’s good to have dua sisi, satu sisi yang mungkin lebih overthinking, satu sisi yang lebih chill, jadi kita bisa balance each other, that’s really important untuk tim kita
Setiap pengusaha mungkin punya visi tersendiri dalam berbisnis. Apa saja prinsip yang Anda yakini sebagai entrepreneur?
Advertisement
Nomor satu itu kegigihan, sebagai seorang ibu, ada rasa untuk malas ke kantor. Kayak mau sama anak saja, atau karena saking capeknya anter anak ke sekolah, ke kantor dll, jadi terasa setiap hari itu punya banyak kegiatan, kadang rasanya mau give up juga. Tapi, nomor 1 prinsip saya dari dulu ada kegigihan. Kalau gigih, bisa push through dan bisa lihat hasilnya seperti ini.
Sebagai Mom dan entrepreneur, apa challenge terbesar yang dirasakan?
Banyak banget, setiap hari tuh ada saja challenge nya. Yang pertama terpenting adalah mengatur waktu, kadang-kadang pun aku masukin ke dalam schedule kapan harus sama anak, kapan harus kantor, karena memang nggak ada pilihan kalau nggak diatur waktunya, nggak organize about kapan sama anak, kapan sama ini, kadang-kadang semuanya bisa keteteran. Even kantor semuanya kayak where are you? Even rumah juga semuanya ‘mommy, where are you?”. Jadi really schedule paling penting. Setiap hari Minggu this is my secret, setiap hari Ninggu aku planing untuk satu minggu ke depan, jadi even les anak-anak ngomong, sama nany ini harus ke mana atur mobil, atur semua itu satu minggu ke depan. Jadi kita udah enggak ada surprise, mungkin oke tiap hari akan ada sedikit yang ganti-ganti tapi semuanya udah organize.
Bagaimana cara memberi pemahaman ke anak bahwa Anda seorang ibu pekerja?
Itu paling susah, apalagi anak kedua. Anak pertama itu sudah mulai ngerti karena udah hampir 5 tahun, yang kedua kemarin kita harus Finance meeting urgent, and Aku sebenarnya work from home dua kali seminggu, tapi hari itu kita ada urgent financial meeting karena mau budgeting buat setahun ke depan. Nah, anak aku enggak mau ditinggal, akhirnya aku bawa ke kantor kita duduk di ruang meeting sambil finance meeting yaudah dia duduk aja di sini. ‘Mommy office?” kayak gitu, udah dia duduk aja dengerin, tapi habis itu dia ngerti karena dia udah pernah lihat ini ini artinya meeting, ini artinya kerja, yaudah next time saya ingetin lagi ‘kan kemarin begitu. Jadi kamu di rumah aja’. Jadi ku pikir harus ada balance-nya yang harus jelasin. Membuat mereka sibuk juga lumayan membantu punya les-les setelah sekolah.
Bagaimana Anda membuat work life balance dalam tim?
Schedule aku harus super organize. Tapi yang ngebantu buat kantor sama rumah, tiga kali seminggu aku kerja di kantor, dua kali seminggu di rumah, karena biar bisa lihat juga yang di rumah gimana sambil work from home
Banyak perempuan yang kurang percaya diri. Bagaimana yang Anda tanamkan agar bisa PD?
Aku susah buat percaya diri, tapi yang keep strong adalah anakku. Karena aku mau kasih tau mereka, mereka bisa menjaga diri sendiri. And I have to show juga, tanpa adanya suami, atau papaku, aku bisa jaga sendiri. Itu yang aku ingin mereka dengar dan tahu.
<Anto/geobdg>.