JAKARTA, (geobdg) –– Harga batu bara kini kembali menguat, berada di atas level psikologis US$ 150 per ton. Penguatan tersebut, harga si pasir hitam terjadi seiring harga gas Eropa yang menyentuh level tertinggi dalam hampir 8 bulan atau sejak tahun lalu .
Kenaikan harga komoditas energi ini, ditopang sentimen Eropa yang akan memasuki musim dingin pada pekan depan, perang Israel-Hamas pemotongan jalur gas Israel ke Mesir, pecahnya pipa gas Balticonnector, dan ancaman pemogokan serikat pekerja LNG Australia.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup di posisi US$ 151,1 per ton atau naik 0,23% pada perdagangan belum lama ini. Kenaikan ini mengurangi turunnya harga batu bara menjadi 3,38% sepanjang Oktober 2023 lalu.
Kenaikan harga batu bara akibat Impor batu bara Tiongkok pada sejak September 2023 lalu, melesat dibanding tahun sebelumnya (secara tahunan). Peningkatan impor disebabkan batu bara domestik China lebih mahal dibanding harga impor, karena peningkatan pasokan dunia menghadapi puncak musim dingin.
Impor melonjak 27,5% dibandingkan setahun sebelumnya (year on year/yoy) menjadi 42,14 juta ton, mendekati rekor Agustus sebesar 44,3 juta ton, menurut data bea cukai yang dikutip dari Reuters, belum lama ini.
Kenaikan harga batu bara domestik China disebabkan inspeksi keselamatan tambang yang menyebabkan pengetatan tingkat produksi untuk sementara waktu.
Batubara Free-On-Board (FOB) Qinhuangdao CO-FOBQHG-CN, yang merupakan patokan domestik, dinilai pada harga US$151,68 per ton pada 9 Oktober. Sementara itu, harga spot batubara 6.000 kilokalori (kkal) dari pelabuhan Newcastle Australia dinilai sebesar US$143,22 per ton.
<Anto/geobdg>.