BANDUNG – Teka-teki keinginan manusia untuk tinggal di Mars mungkin benar-benar dapat terwujud. Hal itu, menurut Buku novel terlaris Andy Weir pada tahun 2011, The Martian, menampilkan upaya ahli botani Mark Watney yang berhasil menanam kentang di Mars setelah dia terdampar di Mars.
Tentunya, ada sebuah penelitian baru yang dipresentasikan pada Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-54 oleh tim peneliti dari University of Arkansas (U of A) menunjukkan, bahwa padi hasil rekaya genetik mungkin bisa bertahan hidup dan tumbuh di tanah Mars.
Para peneliti ini, mensimulasikan tanah Mars dengan menggunakan tanah kaya basal yang ditambang dari Gurun Mojave, California, Amerika Serikat. Simulasi ini, disebut Mojave Mars Simulant (MMS) yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari NASA Jet Propulsion Laboratory.
Di tanah mars ini, tiga varietas padi yang berbeda ditanam, termasuk dua galur dengan mutasi genetik yang memungkinkan mereka merespons stres dengan lebih baik, seperti kekeringan dan kekurangan gula atau salinitas.
Walaupun tanaman ini, bisa tumbuh di dalam simulan Mars, mereka tak berkembang sebaik tanaman yang ditanam di tanah pot dan campuran hibrida. Tantangan terbesar dalam menanam makanan di Mars adalah keberadaan garam perklorat, yang sudah terdeteksi di tanah Mars dan secara umum dianggap sebagai racun bagi tanaman.
Hasil dari temuan ini menunjukkan, bahwa mungkin ada jalan untuk masa depan bagi padi atau beras hasil rekayasa genetika untuk bisa ditanam dan tumbuh di tanah Mars. Namun, apakah kemungkinan hidup di planet Mars akan menjadi kenyataan?
Untuk membahas temuan ini, kami berbincang dengan seorang ilmuwan perempuan asal Indonesia yang turut serta dalam tim penelitian. Dia adalah Yheni Dwiningsih, ahli ilmu tanaman di Departemen Ilmu Tanaman, Tanah, dan Lingkungan, dari University of Arkansas (U of A).
<Anto/geobdg>