Tangkapan Layar: Ki Ageng Suryomentaram. (Dok. Istimewa).

Sosok Pangeran Jawa Kabur dari Rumah dan Pilih Jadi Kuli

2 minutes, 37 seconds Read

BANDUNG – Bila dapat memilih berasal dari mana, maka setiap orang ingin lahir dari keluarga kaya raya. Dengan menjadi kaya, hidup sehari-hari dipercaya bakal enak. Berbagai keistimewaan bakal diperoleh. Tapi, sikap berbeda justru ditampilkan Raden Mas Kudiarmadji alias Suryomentaram.

Dia merupakan anak ke-55 dari manusia terkaya di Jawa sekaligus orang nomor satu di Kesultanan Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwana VII (1839-1921). Walau lahir dari keluarga kaya, Suryomentaram memilih untuk hidup miskin. Dia meninggalkan kemewahan di istana dan beralih menjadi rakyat biasa berprofesi petani dan kuli.

Tak Betah Jadi Orang Kaya

Perlu diketahui, Hamengkubuwana VII mendapat kekayaan dari bisnis gula. Dia memiliki banyak pabrik gula yang dikelola langsung anak buahnya. Hal itu, sebagai penguasa absolut wilayah Jawa, dia berhak mendapat upeti 200 ribu gulden. Hal ini, dari setiap pabrik gula swasta dan penyewaan tanah oleh rakyat.

Tak heran, semasa hidup dia mendapat julukan Sultan Sugih alias Sultan Terkaya. Atas kondisi itu, hidup Suryomentaram praktis sangat berkecukupan. Dia tak pernah merasa kesulitan uang.

Tetapi, situasi demikian berubah tatkala pria kelahiran 20 Mei 1892 itu berpergian naik kereta api ke Solo. Sepanjang jalan dia melihat kesenjangan sosial yang selama ini terhalang tingginya tembok keraton.

Di dalam keraton, dia dan anggota keluarga kesultanan lain sering foya-foya. Sedangkan di luar sana masyarakat banyak yang miskin. Para petani hidupnya sengsara. Mereka kerja keras, tapi tak merasakan hasil kerjanya.

Pada titik ini, jiwanya bergejolak. Sebagaimana diuraikan dalam Ilmu Bahagia Ki Ageng Suryomentaram (2020). Suryomentaram ingin melepaskan diri dari kehidupan istana dan beralih jadi rakyat biasa. Dia pun bermeditasi, hasilnya membuatnya makin mantap melepaskan titel ningrat secepat mungkin.

Kabur dari Istana

Sayang, permintaan untuk keluar istana ditolak sang ayah. Namun, dia tak habis akal. Selang waktu, dia kabur dari istana tanpa perbekalan. Dia pergi melepaskan simbol kerajaan dan mengubah identitasnya menjadi pemuda bernama Natadangsa. Dengan identitas baru, dia bekerja sebagai kuli sumur di desa terpencil Yogyakarta.

Untuk mencukupi hidup, dia juga bekerja sebagai pedagang batik dan petani di daerah Cilacap. Semua itu dilakukan secara senyap, tanpa orang tahu Natadangsa sebenarnya anak Sultan Yogyakarta. Hingga akhirnya, akal bulus itu terbongkar oleh orang suruhan Hamengkubuwana VII yang mencari Suryomentaram.

Saat terbongkar, dia kembali lagi ke keraton. Namun, lagi-lagi dia tak betah. Terlebih, dia harus menelan fakta pahit bahwa ayah dan ibunya bercerai. Sikap sederhana dimunculkan menuai cemooh dari keluarga kerajaan lain. Dia dianggap gila oleh para pangeran hanya karena memakan pecel bersama rakyat jelata di pinggir jalan. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply