Oleh : Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung
Untuk sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi, kini disibukan dengan rekruitmen calon siswa dan mahasiswa baru. Hal itu, bertepatan dengan akhir dan awal tahun ajaran sekolah maupun tahun akademik diperguruan tinggi. Terlebih sekolah atau perguruan tinggi swasta, mereka sangat khawatir atas keberminatan atau ketertarikan studi lanjut. Tentunya, yang akan mendaftar masuk untuk menjadi siswa atau mahasiswa baru tahun ini.
Pilihan sekolah ataupun pilihan kampus bagi calon mahasiswa baru sangat banyak pilihan. Berbagai strategi agar mendaftar dan masuk pada sekolah dan perguruan tinggi yang ditawarkan. Jadi catatan, bahwa saat menawarkan ada tanggungjawab moral yang benar-benar menjadi spirit kuat dan percaya diri. Hal ini, bagi calon siswa dan mahasiswa lembaga harus mampu menggambarkan keterjaminan mutu lulusan.
Diera global ini tidak ada tawar menawar lagi terkait dengan kompetisi kompetensi dan keterampilan yang berstandar. Tentunya, juga yang teruji tingkat nasional dan internasional. Istilah lain yaitu sertifikasi profesi, tidak hanya standarisasi lokal-nasional. Melainkan sertifikasi ketermpilan dan keahlian berstandar pengakuan internasional. Keterujian dilapangan akan membuktikan keterampilan dan keahlian yang dimiliki.
Konsekuensinya, penyelenggara dan pengelola sekolah berbasis kejuruan dan vokasi . Serta kampus penyedia tenaga terampil maupun tenaga ahli sebaiknya proses dan isi pembelajaran dijalankan atas dasar standarisasi mutu. Tentunya, yang dapat memenuhi standarisasi kebutuhan dan tuntutan pengguna lulusan. Baik itu masyarakat industri dan bisnis maupun masyarakat pada umumnya. Artinya siapapun penyelenggara pendidikan keterjaminan mutu lulusan itu penting.
Standarisasi keterujian keterampilan dan keahlian tak dapat ditawar lagi. Kompetisi akan terus semakin selektif dan ketat. Bahkan, standarisasi bukan hanya hard skill, melainkan soft skill saat menjadi penguat yang sangat mendominasi. Soft skill ini untuk menjaga dan memelihara ketangguhan mentalitas kinerja.
Disadari atau tidak, untuk masuk sebagai prasyarat diterima adalah bukti keterujian keterampilan dan keahlian berstandar yang dimiliki. Ketajaman skill dan keahlian akan terus dipertajam sesuai tuntutan kebutuhan dalam berkarya yang diperkuat soft skill-nya. Kreatifitas dan inovasi berkarya akan menjadi tantangan, keterlibatan para pihak yang memberi legitimasi dan melegalisasi keterampilan dan keahlian setiap profesi. Kemenaker sebagai penyedia infrastruktur pelatihan, keterampilan melalui balai latihan kerja. Uji keahlian diuji oleh tenaga ahli, seperti oleh lembaga sertifikasi keterampilan dan keterlibatan pakar industri oleh persatuan insnyur Indonesia.
Mutu lulusan yang digunakan user dari pelaku industri untuk memulai bisnis akan terlihat dan dapat dirasakan keterampilan dan keahliannya. Artinya, standarisasi saat lulus dari ruang belajar dan latihan bukan kemahiran, melainkan standar minimum prasyarat memulai. Ada yang paling penting bagi penyelenggara industri tak sepenuhnya mengandalkan skill dan keahlian.
Keterjaminan Mutu Lulusan
Keterjaminan lulusan saat ini akan tracking pengalaman dan browsing jejak digital. Hasil karya dari kreatifitas dan inovasi menjadi referensi dalam menguji keterujian dan keterjaminan. Sehingga pengetahuan dan pengalaman terintegrasi dalam satuan pembelajaran selama studi dan latihan. Orientasi dan motivasi siswa dan juga mahasiswa harus ada data dan peta potensi yang dimiliki. Penelusuran minat dan bakat penting diketahui termasuk penelusuran latar belakang dan kemampuan dasar dengan mengguankan alat ukur yang tepat.
Saat ini perguruan tinggi, seperti Universitas, Institiut, sekolah tinggi, politikenik, dan akademi merekrut calon mahasiswa baru. Apa mungkin menawarkan keterjaminan mutu kepada calon mahasiswa, sementara perguruan tinggi tak berani menjamin standarisasi yang diakui industri. Sertifikasi ketermpilan dan keahlian diserahkan secara mandiri untuk mencari dan mengakses sendiri. Hal itu, tanggungajawab moralitas sedikit hilang dalam jiwa dan karakter seorang yang beragama. Kalau hanya sekedar sekolah atau kuliah, nampaknya tak ada perubahan cara berpikir dan berprilaku lebih maju.
Sertifikasi berstandar oleh lembaga sertifikasi profesi idealnya berkolaborasi dengan perguruan tinggi. Hal itu banyak bukti, sekolah dan perguruan tinggi bangkrut alias bubar. Untuk menghindari tersebut, segera kembali mengubah niat, maksud, tujuan. Hal itu, orientasi penyelenggaraan pendidikan dan manajemen pengelolaan harus lebih baik. Adaptasi dinamika dan perkembangan sains dan teknologi, sosial dan politik mutlak diadaptasi dan diakselerasi sesuai kebutuhan dan tuntutan jaman. Semoga filosofi hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok akan datang harus lebih baik dari hari ini.
Wallahu’alam.