BANDUNG — Gerakan Perlawanan Islam Palestina, yang kini menamakan dirinya Hamas tidak terbentuk begitu saja, saat pertama kali muncul pada tahun 1987. Sebelumnya, gerakan ini telah melewati jalan panjang, yang dapat dibagi menjadi dengan cara, yakni jadi dua tahap.
Pertama, gerakan ini muncul di wilayah Palestina pada pertengahan tahun 1940-an. Hal itu ditandai dengan berdirinya cabang pertama Ikhwanul Muslimin di Gaza, di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem dan di lokasi lain.
Kedua, gerakan ini juga muncul sebagai akibat dari rasa frustrasi generasi muda Ikhwanul Muslimin terhadap para pemimpin Arab usai mengalami “kemunduran”, yang ditunjukkan oleh kekalahan melawan Israel dalam Perang Enam Hari pada 1967 dan kemungkinan terjadinya konflik bersenjata.
Menurut catatan Ikhwanul Muslimin, sebagian besar sejarah organisasi Islam di wilayah Palestina bersifat religius, suportif, dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran. Mereka juga membangun lembaga keagamaan dan sosial, serta masjid.
Dokumen-dokumen ini menunjukkan bahwa, selama tahun-tahun pertamanya di wilayah Palestina, Ikhwanul Muslimin fokus pada persiapan intelektual, budaya dan spiritual para generasi muda, bukan pada pelatihan militer.
Dalam konteks ini, mantan pemimpin Hamas yang kini menjabat sebagai pemimpin organisasi itu di luar negeri, Khaled Meshal, menyatakan bahwa kelompok Islamis terpaksa absen dari wilayah Palestina selama periode yang berbeda pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Hal ini dikarenakan oleh tantangan yang dihadapi organisasi keagamaan saat itu — seperti gelombang nasionalis Arab Nasserist dan Baath — serta gelombang komunis. Menurut pernyataan pers Mishal, kelompok Islamis tidak disambut baik.
Setelah itu muncul peristiwa-peristiwa penting dari tahun 1967 hingga akhirnya melahirkan gerakan Islam Hamas pada tahun 1987.
<Anto/geobdg>.