Bandung — Kinerja negatif rupiah berbanding terbalik dengan pasar saham yang tengah euforia. Setelah Pemilu 2024. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0% di angka Rp15.615/US$ pada Jumat (16/2/2024). Posisi ini, sama dengan penutupan perdagangan Kamis(15/2/2024), di mana. secara mingguan, rupiah terpantau menguat sebesar 0,1%.
Beralih ke data historis. Sejak Pilpres di 2004 ini, pergerakan rupiah pada sehari setelah pemilihan selalu menghijau. Termasuk saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) memenangi pilpres.
Pergerakan rupiah pasca pemilu
Namun berbeda dengan Pemilu tahun ini. Menjadi yang paling diingat justru satu hari pasca pemilu. Rupiah mengalami depresiasi sebesar 0,16%, walaupun di awal perdagangan terjadi penguatan sebesar 0,13% ke angka Rp15.570/US$.
Rupiah juga melemah karena angka neraca dagang yang tak sesuai harapan. BPS merilis data neraca perdagangan beserta ekspor impor. Tercatat lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pelaku pasar, dilansir CNBC Indonesia, Sabtu, 17 Pebruari 2024.
Tak terjadi sebelumnya. Konsensus pasar ini, dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$ 2,42 miliar.
Sedangkan, BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 hanya surplus US$2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$20,52 miliar. Untuk impor US$18,51 miliar atau naik 0,36% (mtm).
Chief Economist BCA David Sumual mengungkapkan. Bahwa dia menilai perlambatan surplus neraca dagang Januari 2024 ini, telah selaras dengan melambatnya demand global dan turunnya harga komoditas.
“Ya, angka yang lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi ini memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan domestic. Hal tu, juga termasuk rupiah mengingat perspektif investor khususnya investor asing terhadap Indonesia menjadi kurang baik,” ungkapnya.
Ditambahkan, ULN yang dirilis BI pun alami kenaikan. Pada Desember 2023 atau kuartal IV-2024, sebesar US$407,1 miliar atau Rp6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$).
“Angka ini tumbuh 2,7% (year on year/yoy) dan meningkat 1,54% di banding bulan November 2023,” tukas David.
<Anto/geobdg>