BANDUNG — Penguasa Afrika Barat, Raja Mansa Musa pada abad ke-14 sebagaimana dilaporkan BBC, kekayaanya tak terlukiskan. Diperkiraan kekayaan bersih Mansa kala itu, yakni senesar US$400 miliar sampai US$500 miliar (sekitar Rp6.236 triliun – Rp7.795 triliun).
Walaupun sulit untuk menghitung secara adil kekayaan berdasarkan emas, garam, dan tanah. Tetapi, banyak sejarawan setuju bahwa kekayaannya “lebih kaya daripada yang bisa dijelaskan siapapun”.
Seorang Muslim
DIa digambarkan sebagai Muslim yang taat. Musa bahkan memulai perjalanannya ke Makkah dari tahun 1324-1325.
Tetapi, perjalanannya tersebut, diungkap Magnates Media. Disebut sebagai “ziarah paling boros dalam sejarah manusia”. BBC pun melaporkan bahwa raja meninggalkan Mali sekitar 60.000 pria dan wanita. Dari pejabat kerajaan hingga pengemudi unta dan budak.
Dilaporkan pula bahwa banyak dari para pelancong mengenakan sutera Persia dan brokat emas. Tentunya, dari kepala hingga ujung kaki termasuk para budak. Sekitar 100 ekor unta bahkan membawa kantong-kantong berisi emas murni.
Perjalanan itu, membawa Musa dan teman-temannya melewati gurun Sahara dan Mesir. Mencapai Kairo, di mana sang kaisar akan dengan murah hati memercikkan emasnya. Dia disebut menghabiskan begitu banyak emas sehingga membuat ekonomi lokal tak stabil. Hal itu pula, menyebabkan inflasi massal selama 10 tahun setelah kepergiannya.
Saat kembali, Musa menjalankan misinya untuk merevitalisasi kota-kota di kerajaannya. Berkat perkembangan arsitekturnya di wilayah itu, reputasinya terus berkembang.
Dia bekerja dengan cendekiawan Islam, termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Dan seorang penyair dan arsitek Andalusia bernama Abu Es Haq es Saheli. Dia membayar mereka hingga 200kg emas untuk usaha mereka.
Dia pula membangun sekolah, perpustakaan, dan masjid serta membantu Timbuktu menjadi pusat budaya dan pendidikan. Musa meninggal pada tahun 1337 pada usia 57 tahun dan digantikan oleh putra-putranya. Tetapi akhirnya kekaisaran itu runtuh sampai tak terdengar hingga kini. <Anto/geobdg>
