Tangkapan Layar: Indonesia Harus Dapatkan Prototipe KF-21 Boramae.

PTDI: Prioritas, Indonesia Harus Peroleh Prototipe KF-21 Boramae

3 minutes, 14 seconds Read

BANDUNG — Untuk pengingat, proyek KF-21 Boramae mengalami dilema karena permintaan pembiayaan Indonesia. Hal itu, sebagai satu-satunya mitra Korea Selatan di proyek KF-21 Boramae, Indonesia diminta ikut menanggung biaya program itu.

Awalnya, Indonesia menanggung 1,6 triliun Won atau sekitar 20 persen dari total biaya pengembangan KF-21 Boramae. Tetapi, Indonesia baru membayar 300 Won dan menolak untuk melunasinya.

Bukannya melunasi, Indonesia bahkan hanya ingin membayar total 600 Won. Hal itu, Indonesia punya alasan mengapa melakukan hal tersebut.

Baca Juga: 244 Taman di Kota Cimahi Wahana Rekreasi dan Interaksi Warga

Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan RI Brigadir Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha, Indonesia tak sepenuhnya mendapat transfer teknologi yang sudah disepakati.

“Ada beberapa program tak diikuti oleh teknisi kita. Alhasil pembayaran juga perlu disesuaikan. Tentunya, wajar dan sesuai dengan prinsip akuntabilitas, jika program tak diikuti oleh teknisi Indonesia. Maka kita tak perlu menanggung biaya sepenuhnya”, ungkapnya, dilansir Antara, belum lama ini. Dalam artikel berjudul “Kemhan tegaskan RI sesuaikan pembayaran KF-21, bukan minta pemotongan”.

Walau akhirnya, Korea Selatan menerima permintaan Indonesia soal pengurangan dana tersebut.

“Korea Selatan menerima usulan Indonesia secara drastis mengurangi kontribusi keuangan dalam pengembangan KF-21 Boramae. Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) menjelaskan sudah menyetujui pemotongan kontribusi Jakarta dari 1,6 triliun Won menjadi 600 miliar Won”, jelas Korea Times, (16/8/24). Dalam artikel berjudul “Korea agrees to reduce Indonesia’s financial share in KF-21 fighter jet project”.

Tranfer Teknologi

Hal itu pula disadari, berkurang kontribusi Indonesia juga mengurangi jatah transfer teknologi yang diterima. Pertanyaannya, apakah Indonesia juga tak akan memperoleh prototipe KF-21 Boramae? Sebelumnya, Indonesia dijanjikan mendapat satu dari enam prototipe jet tempur itu.

Indonesia memperoleh prototipe kelima KF-21 Boramae yang sudah lakukan uji terbang pertengahan 2023 lalu.

“Indonesia akan menerima prototipe KF-21 kelima, berkursi tinggal sudah melakukan penerbangan perdananya pada Mei 2023”, terang Flight Global (26/9/24). Dalam artikel “Indonesian Aerospace still hopeful of getting KF-21 prototype”.

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) selaku pihak terlibat dalam proyek KF-21 Boramae juga mendorong pemerintah soal mendapatkan prototipe ini. Tambahan informasi, PTDI sudah mengirim seratus teknisinya ke Korea Selatan terlibat dalam mega proyek tersebut.

“Indonesia mengirim seratus engineer lokal, PTDI ke Korea Selatan untuk mendalami teknologi canggih pesawat ini”, tukasnya.

Dapatkan Prototipe KF-21

Dirut PTDI, Gita Amperiawan meminta pemerintah untuk serius dapatkan prototipe KF-21 Boramae.

“Saya meminta pemerintah untuk memiliki prototipe. Pemerintah mencoba menegosiasikan hal ini karena ini penting”, ucapnya di Bali Air Show 18-21 September 2024.

Prototipe yang menjadi bagian dari kesepakatan transfer teknologi ini sangat penting bagi Indonesia. Tentunya, untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri. Di berbagai kesempatan terkait pengadaan alutsista, pemerintah selalu memprioritaskan upaya transfer teknologi.

Dalam artikel Kemhan RI (27/9/23), transfer teknologi adalah langkah pemerintah. Dalam membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri juga kualitas SDM di dalamnya.

Karena dengan transfer teknologi, Indonesia tidak hanya sebagai konsumen senjata. Indonesia setidaknya akan dilibatkan dalam pengembangan senjata atau teknologi itu.

“Transfer teknologi adalah paradigma baru dalam belanja pertahanan. Yakni menjadikannya sebagai investasi pertahanan”, tandasnya.

Lebih spesifik lagi, program transfer teknologi secara otomatis akan meningkatkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts