Warga Palestina di Tepi Barat menggelar domonstrasi dan aksi protes atas pembunuhan wakil pemimpin politik Hamas, Saleh al-Arouri di Beirut. (Photo: Mosab Shawer/Al Jazeera)

Pemimpin Hamas Saleh al-Arouri Tewas Bomb Blasts Israel, Warga Palestina Gelar Demontrasi

3 minutes, 44 seconds Read

BANDUNG — Warga Palestina beramai-ramai aksi protest dan demonstrasi umum di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur. Hal itu, sebagai tanggapan atas pembunuhan wakil pemimpin politik Hamas, Saleh al-Arouri di Beirut. Bomb Blasts Israel diyakini berada di balik serangan di Dahieh, pinggiran selatan Beirut, yang menewaskan al-Arouri dan beberapa orang lainnya. 

Pembunuhannya telak ditafsirkan sebagai deklarasi kemenangan di depan publik Israel, dan jalan untuk menegosiasikan jalan keluar dari Gaza. Warga Palestina memandang al-Arouri, yang diusir Israel dari Tepi Barat pada tahun 2010, sebagai seorang moderat di kelompok Hamas, dan orang yang membuka saluran bagi faksi-faksi Palestina lainnya.

“Arouri adalah seorang pemimpin yang berupaya membangun persatuan nasional di antara warga Palestina, dan pembunuhannya merupakan pukulan bagi seluruh rakyat Palestina,” ucap seorang wanita Ramallah yang tidak disebutkan namanya, Rabu, 3 Januari 2024.

Saat ini. katanya, terdapat ketegangan yang kuat mengenai bagaimana reaksi Hamas dan Hizbullah atas pembunuhan tersebut. Di Yerusalem Timur, suasananya suram. Banyak tempat usaha dan sekolah tutup, dan jalanan lebih sepi dari biasanya.

“Ya, hati warga Yerusalem terluka bersama Hamas dan perlawanan serta kerinduan atas apa yang terjadi pada warga sipil di Gaza. Kami hanya bisa melakukan perlawanan dengan demontrasi,” papar warga Yerusalem Timur, Azzam Abu Su, dikutip dari The New Arab, Kamis, 4 Januari 2024.

Hamas semakin populer di Tepi Barat sejak perang brutal Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober, dan pembunuhan al-Arouri semakin memperkuat popularitasnya.

“Masyarakat Palestina sudah tidak sabar menunggu reaksi dari Hizbullah. hal ni diharapkan menjadi reaksi bersama dari Hamas dan Hizbullah,” timpal Abu Su’oud.

Transportasi antara kota-kota di Tepi Barat juga lumpuh karena aktivitas komersial dan kantor-kantor pemerintah mengindahkan seruan untuk hari berkabung. Reaksi resmi pertama terhadap pembunuhan al-Arouri datang dari gerakan Fatah, yang mendominasi Otoritas Palestina dan pernah bentrok dengan Hamas di masa lalu.

Anggota senior Fatah Jibril Rajoub menjelaskan bahwa al-Arouri adalah model ketahanan di penjara-penjara pendudukan dan benih persatuan nasional. Rajoub, yang pernah berbagi sel di penjara Israel dengan al-Arouri, kemudian bernegosiasi dengannya dalam dialog internal Palestina, yang bertujuan untuk mencapai persatuan setelah Hamas dan Fatah terlibat konflik di Gaza pada tahun 2007, dan berakhir dengan pengambilalihan wilayah Palestina oleh Hamas.

Rajoub menambahkan kematian al-Arouri sebagai kerugian bagi Hamas. Bomb Blasts Al-Arouri adalah wakil kepala politbiro Hamas dan pemimpinnya di Tepi Barat.  Dikatakan bahwa ia mendirikan cabang sayap bersenjata Hamas di Tepi Barat pada tahun 1991. Dia juga menjalani hukuman 15 tahun di penjara Israel.

Setelah dibebaskan pada tahun 2010,, Israel mengasingkan al-Arouri, dan memaksanya berangkat ke Suriah. Kemudian, dia berpindah-pindah tempat tinggal antara Turki, Qatar, Malaysia, dan, terakhir, Lebanon, di mana serangan pesawat tak berawak membunuhnya.

Di Jalur Gaza, sebagian orang melihat pembunuhan pemimpin Hamas sebagai upaya putus asa kepemimpinan Israel untuk memberikan kompensasi atas terhentinya kampanye militer, yang kini memasuki bulan ketiga.

Bashir Al-Rayes, dari Khan Younis, mengatakan bahwa pembunuhan al-Arouri mungkin menjadi awal dari berakhirnya perang di Gaza, setelah Israel gagal membunuh salah satu pemimpin utama Hamas di Gaza.

“(Israel) telah kembali melakukan kebijakan pembunuhan terhadap para pemimpin Palestina, namun mereka lupa bahwa masalah Palestina tidak berakhir dengan pembunuhan para pemimpinnya, melainkan berakar dan tetap ada di benak seluruh warga Palestina,” tandasnya.

Mohammed Salha, berasal dari Kota Gaza, saat ini menjadi pengungsi dan tinggal di kota Rafah dekat perbatasan dengan Mesir.

“Perlawanan Palestina akan tetap ada selama pendudukan masih ada di tanah Palestina, dan tidak ada pemimpin Israel yang mampu menghilangkan kehadiran dan entitas Palestina, tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,” tukasnya.

<Anto/Geobdg>.

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply