BANDUNG — HP (Hewlett Packard) beberapa waktu lalu merilis hasil riset dari ‘HP Smart Where IT Matters Study’ yang menampilkan fakta menarik mengenai bisnis terutama kalangan UMKM di Asia Tenggara dan Indonesia dalam adopsi teknologi.
Fakta menarik yang ditemukan adalah generasi X (usia 43-58 tahun) dan Milenial (usia 27-42 tahun) yang merintis bisnis skala UMKM memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap teknologi dalam membantu mentransformasi digital bisnisnya.
Berbeda dari generasi baby Boomer (usia 59 tahun ke atas) bahkan generasi Z (usia 19-26) yang dikenal sebagai digital native, yang keduanya justru sama-sama memiliki keraguan terhadap teknologi meskipun bagi Gen Z teknologi digital sudah diterima sejak dini.
Director Print Category HP Asia Tenggara, Michele Huang mengakui bahwa hasil laporan ini cukup unik. Dia mengatakan bahwa 84 persen UMKM yang berpartisipasi dalam riset tersebut setuju dengan fakta tersebut.
“Adopsi teknologi bagi bisnis diakui sangat penting tapi menurut kami meskipun semua beralih ke digital tetap dibutuhkan perpaduan online dan fisik (offline). Mengapa? Setiap bisnis berusaha menyediakan ragam cara yang memenuhi perbedaan pengalaman customer yang ingin didapatkan,” kata Michele, dilansir Medcom, Selasa, 23 Januari 2023.
Dia juga mengungkapkan bahwa tidak hanya di segi custome, dalam operasional sendiri faktanya saat ini masih dibutuhkan metode online dan offline dalam pendekatannya. Elemen kreatif disebut Michele juga masih membutuhkan metode offline, misalnya dalam hal mencetak atau printing.
Bagi Michele tidak cukup hanya memberikan contoh benefit dari adopsi teknologi, HP juga berusaha menghilangkan keraguan terhadap teknologi lewat solusi yang seamless dari teknologi pintar.
“Bagi kami teknologi pintar adalah yang seamless dan sederhana (simplify),” ucap Michele. Dia juga tidak lupa dengan isu keamanan dan privasi juga menjadi hal penting. HP menghadirkan Wolf Security yakni paket sistem keamanan siber yang holistik bagi pengguna solusi atau produk HP.
Tentu saja menghadirkan teknologi pintar yang seamless bisa diakses dari mana saya, sederhana, dan aman bukan sekadar solusi tapi juga pendekatan edukasi bagi kalangan dan bisnis yang masih meragukan adopsi teknologi.
Value atau benefit dan harga yang ditawarkan juga menjadi hal penting yang diperhatikan oleh HP, menurut Michele. Dia menemukan bahwa customer juga sangat memperhitungkan value dan harga yang diterima dari adopsi teknologi sebelum menginvestasikan ke sektor ini di bisnisnya.
“Mereka sangat concern (perhatian) terhadap cost (biaya), kompleksitas dari pengelolaannya, dan apakah ini aman atau tidak. Jadi kami berusaha menyederhanakan (simplify) dengan tetap memberikan ospi untuk mereka mengatur biaya yang harus diinvestasikan,” tutur Michele.
Michele menyebutkan bahwa perusahaan sudah menghadirkan ragam aplikasi mobile yang bisa mengintegrasikan perangkat seperti hape maupun tablet sekalipun ke perangkat produktivitas HP lain. Selain menghadirkan kemudahan, langkah ini diyakini memberikan akses untuk menjalankan bisnis dari mana saja dan kapan saja.
Bisa lebih lanjut soal adopsi teknologi dan keraguan terhadap teknologi, Michele menyebut bahwa dengan begitu banyak teknologi pintar dan mudah tetap saja kalangan UMKM ini disebut sebagai kurang terpapar oleh informasi dari semua teknologi ini.
“Tantangan dan tugas kami adalah bagaimana kami bisa membantu customer merasakannya sehingga mereka bisa melihat betapa besar benefit atau keuntungan dari teknologi yang digunakan,” kata Michele.
Kondisi tersebut juga yang dalam studi ‘HP Smart Where IT Matters Study’ disebut Michele menciptakan gap atau kesenjangan dalam hal kepercayaan terhadap teknologi seperti disebutkan di awal.
Michele melihat bahwa sebagian besar bisnis atau UMKM yang dirintis oleh Generasi Z belum sampai di tahap bahwa mereka menyadari atau membutuhkan perpaduan pendekatan offline dan online.
Makanya bisnis Generasi X dan Milenial dianggap lebih matang dan dalam riset ‘HP Smart Where IT Matters Study’ kedua generasi ini dianggap harus memimpin dua generasi lainnya dalam menghilangkan keraguan terhadap adopsi teknologi terutama bagi bisnis.
“Jadi dua generasi yang lebih tua memiliki latar belakang adopsi teknologi yang kuat sehingga bisa melihat benefit dari hal tersebut tapi mungkin sebagian masih sulit memahami proses manajemen yang begitu mudah sehingga mempertanyakan keamanannya,” tandas Michele.
“Bagi Gen Z sebagai digital natives memulai bisnis mereka secara online dari skala kecil sehingga mereka mungkin belum menemukan skenario bahwa dibutuhkan perpaduan pendekatan offline maupun offline dan online sekaligus,” tukas Michele.
Michele tetap meyakini bahwa teknologi pintar (smart) akan tetap menjadi solusi bagi Baby Boomer terutama Gen Z untuk bisa menghilangkan keraguan terhadap adopsi teknologi. Mereka akan merasakan betapa mudahnya ketika perangkat yang digunakan saat bisa terhubung ke perangkat lain untuk menjalankan bisnis.
Michele melihat mereka harus diberikan dukungan dalam memilih cara mereka memanfaatkan adopsi teknologi bagi bisnisnya. Dia mencontohkan perangkat printer HP terkini seperti HP Smart Tank yang memudahkan proses printing dari jarak jauh lewat perangkat apa saja tanpa harus berada di depan printer atau ruangan kantor.
Tidak hanya mampu menjadi mesin print yang diandalkan mendukung gaya kerja dari tiap generasi dan tren saat ini, Michele mengakui bahwa perusahaannya juga sudah mengusung dan mengimplementasikan kepedulian terhadap isu environment and sustainability yang akrab di Generasi Z.
“Kami terus meningkatkan kadar penggunaan material daur ulang dari produk printer kami dan saat ini sudah ada yang mencapai 45 persen. Kami juga menyediakan dukungan bagi mitra bisnis kami, enterprise, yang ingin mengajukan daur ulang printer HP lama mereka” tegas Michele.
Makanya dengan sejumlah penjelasan dan riset HP yang dilakukan, Michele dengan mantap menyatakan bahwa kebutuhan terhadap perangkat printer akan tetap ada. Output dari printer tentu saja bukan sekadar dokumen bahka produk yang membutuhkan elemen kreativitas secara fisik
<Anto/geobdg>.