Tangkapan Layar: Konsul Haji Minta Jeddah Minta Maktab Pahami Kultur Jemaah Haji Indonesia. (Dok. Kemenag).

Konsul Haji Jeddah Minta Maktab Pahami Kultur

2 minutes, 24 seconds Read

JEDDAH –— Konsul Haji pada Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah Nasrullah Jasam meminta para pemimpin maktab untuk memahami kultur atau latar belakang jemaah haji Indonesia.

Hal itu, untuk menyikapi adanya miss komunikasi pelayanan jemaah di Arab Saudi, yang meliputi kultur, budaya, pendidikan, termasuk usia dan profesi. Hal ini, diungkapkan Nasrullah saat memberikan materi pada Bimbingan Teknis terintegrasi.

Bimtek digelar KUH KJRI bersama Masyariq (perusahaan penyedia layanan di Arab Saudi) di Jeddah, 5 – 6 Mei 2024. diikuti oleh koordinator wilayah pada Daerah Kerja Bandara, Makkah, dan Madinah, serta penghubung dan pengurus maktab.

Untuk jemaah haji Indonesia ini, katanya, terbagi dalam 73 maktab. Maktab adalah pihak ketiga yang diberi amanah Masyariq untuk memberikan layanan kepada jemaah haji.

Untuk menjalankan tugasnya, maktab harus memiliki izin dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Setiap maktab mengutus tiga orang, terdiri atas ketua dan dua wakil. Sehingga, total ada 219 peserta dari 73 maktab yang mengikuti Bimtek ini.

“Ya, para pimpinan maktab ini harus bisa memahami latar belakang, kultur jemaah haji Indonesia, baik dari sisi pendidikan, usia, jenis kelamin dan profesi,” ungkap Nasrullah di Jeddah, dilansir kemenag.go, Selasa (7/5/2024).

Tahun ini Indonesia mendapat 241.000 kuota, terdiri atas 213.320 jemaah haji khusus dan 27.680 jemaah haji khusus. Nasrullah Jasam mengatakan, dari sisi usia, ada sekitar 45.000 jemaah haji Indonesia yang masuk kategori lansia (65 tahun ke atas).

“Jemaah haji Indonesia ini sangat beragam. Dari sisi pendidikan ada yang hanya lulusan sekolah dasar, ada juga yang guru besar. Secara kultur juga beragam karena mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia,” paparnya.

“Bahkan, secara pengalaman bepergian juga beragam. Tak sedikit jemaah haji Indonesia yang belum pernah bepergian ke luar negeri sama sekali,” terang Nasrullah.

Nasrullah menambahkan, konteks keragaman jemaah haji Indonesia ini dapat dipahami oleh pengurus Maktab. Tentunya, pemahaman itu penting agar proses pelayanan yang diberikan juga dapat memperhatikan keberagaman yang ada.

Hal yang sama dikatakan Ketua Masyariq M Amin Indragiri, pihaknya menekankan agar para pengurus maktab dapat memperhatikan keberagaman jemaah haji Indonesia dalam memberikan layanan. Selain itu, Amin juga menekankan pentingnya profesionalisme kerja dalam melayani jemaah haji.

“Kami ini, mewakili Masyariq meminta agar maktab bisa berkerja secara professional yang bisa memberikan kenyamanan dan keamanan bagi jemaah,” tandasnya.

<Anto/gebdg>

Share us:

Similar Posts