BANDUNG — Dengan menjalin hubungan lebih erat dengan Rusia, Korea Utara menerima bantuan teknologi rudal dan ekonominya. Tetapi, manfaat lebih besar yakni memblokir sanksi tambahan dan melemahkan sanksi sudah ada.
Hal ini diungkapkan oleh Ri Il Gyu, seorang diplomat senior Korut baru-baru ini membelot ke Korea Selatan (Korsel). Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, dilansir kamis (1/8/2024). Hal itu, akan meningkatkan daya tawar Pyongyang pada Washington.
“Rusia mengotori tangan mereka sendiri dengan terlibat dalam transaksi terlarang. Hal ini berkat itu, Korea Utara tak perlu lagi bergantung pada AS untuk mencabut sanksi. Pada dasarnya berarti mereka melucuti salah satu alat tawar-menawar utama AS,” ungkapnya.
Di Tokyo, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menjelaskan bahwa dia ingin bertemu Kim. Tetapi masalah warga negara Jepang yang diculik oleh Korea Utara pada tahun 1970-an dan 80-an telah lama menjadi batu sandungan.
Menurut Ri, Kim akan berusaha mengadakan pertemuan puncak dengan Jepang. Dengan tujuan mendapatkan bantuan ekonomi sebagai imbalan atas konsesi pada masalah penculikan.
Tokyo yakin 17 warganya diculik, lima di antaranya kembali ke Jepang pada tahun 2002. Pyongyang menganggap masalah tersebut telah selesai. Sesudah mengakui telah menculik 13 warga negara Jepang dan mengatakan bahwa mereka yang tidak diketahui keberadaannya sudah meninggal atau tak diketahui keberadaannya.
Ri mengatakan Kim bersedia mengubah posisi itu, ditetapkan pada masa pemerintahan ayahnya Kim Jong Il, untuk mendapatkan dukungan ekonomi.
“Mereka mengatakan bahwa masalah tersebut telah diselesaikan. Tetapi itu hanya untuk meningkatkan kekuatan negosiasi hingga ia membuat konsesi di sebuah pertemuan puncak,” tandasnya. <Anto/geobdg>