BANDUNG — Sejalan dengan hasil musyawarah Pengurus Besar Harian Syuriyah Nahdlatul Ulama. Dengan memutuskan bahwa kepadatan jemaah di area Muzdalifah bisa dijadikan alasan kuat sebagai uzur untuk dapat meninggalkan mabit di Muzdalifah.
Sehingga hajinya sah dan tidak terkena kewajiban membayar DAM. Sebab, kondisi jemaah yang berdesakan borpotensi menimbulkan mudharat/masyaqqah dan mengancam keselamatan jiwa jemaah.
“Menjaga keselamatan jiwa (hifdu an-nafs) pada saat jemaah haji saling berdesakan termasuk uzur untuk meninggalkan mabit di Muzdalifah,” imbuh Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid di Makkah..
Skema Murur, juga secara terperinci, pergerakan jemaah haji Indonesia 1445 H/2024 M. Hal ini, dari Arafah akan dibagi dalam dua skema, yakni: murur dan normal. Pergerakan dengan skema murur akan menyasar sekitar 25% dari jumlah jemaah dan petugas haji. Totalnya diperkirakan mencapai 55.000 orang.
“Angka ini sepadan dengan 27.000 jemaah yang tahun sebelumnya menempati Mina Jadid. Tambahan kuota 10.000, dan sekitar 18.000 yang terdampak pembangunan toilet di Muzdalifah,” ucap Subhan dilansir Kemenag.go.id, Kamis, 6 Juni 2024.
“Kami akan memprioritaskan skema murur ini untuk jemaah dengan risiko tinggi (risti). Seperti, lanjut usia (lansia), disabiltas, serta para pendamping lansia,” kilahnya.
Sebagai langkah persiapan, kata Subhan, PPIH akan meminta petugas kloter untuk mendata jemaah haji. Hal ini, akan diikutkan dalam skema murur ini. Tentunya, sesuai dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan. Laporan itu dibuat berbasis kloter dan diserahkan kepada petugas Sektor. Data dari sektor akan dihimpun oleh petugas Daker Makkah.
“Skema murur akan berlangsung pada 9 Zulhijjah dari jam 19.00 – 22.00 waktu Arab Saudi. Jemaah akan bergerak dari Arafah, melewati Muzdalifah, tidak turun, lalu langsung menuju Mina,” timpal Subhan.
“Satgas Mina yang menjadi tanggung jawab petugas Daker Makkah akan bergerak dari Arafah ke Mina lebih awal. Tepat pukul 13.30 WAS pada 9 Zulhijjah, untuk menyambut kedatangan jemaah,” jelasnya.
Subhan menambahkan pergerakan jemaah dengan skema murur dari Arafah ini, akan dilakukan berbasis daftar nama jemaah. Tentunya, bagi yang sudah diusulkan, seperti jemaah risti, lansia, disabilitas dan para pendampingnya.
“Jemaah berkumpul di pintu keberangkatan maktab di Arafah setelah Magrib. Hal itu, untuk diberangkatkan melintas Muzdalifah dan langsung ke Mina,” kata Subhan.
“Sedangkan untuk pergerakan jemaah dengan skema normal, sistem taraddudi dari Arafah ke Muzdalifah. Hal ini, akan dimulai pukul 22.00 WAS, setelah proses pergerakan skema murur selesai,” ungkapnya. <Anto/geobdg>