Bandung —“Pagi itu, ughhh. Sebiasanya rona mentari berpendaran, memantul cahaya dibening embun, membuatkan cerita tentang pagi dan bunga bermekar.
“Huffft… mendung, membuat ku enggan bergerak. Cuaca rimbun bermuram, di balik jendela buram dan kusam. Separuh perasaan ini risau. Membeku dalam lipatan tangan, menahan dingin semayup angin. Buram dan kosong. Diluar sana dibalik jendela. Rintik hujan mulai membasah pelataran, kenapa begitu saja mengingatkan mereka. Ohh Tuhan, ini kah kerinduan itu).
Sebagian teks itu, menjadi percakapan pembuka pertunjukkan teater, sebagai kado 4 dasawarsa Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Unpas. Kampus Unpas Tamansari – Bandung tanggal 1 Juni 2024. Mengusung panggung teater kontemporer, berkolaborasi dengan teater dari jakarta. Saketi Tewel (Getapri) dan Exan Zen serta Irus (Tanjung Seni), disutradarai Asep MR. Para pemain, Nazwa, Yasmin, Kiti dan Salwa, Susan Febrianti, Asep Bule dan Rahmat suwandono.
Proses yang singkat dilakukan dengan segala macam problemnya, akhirnya dapat dilalui para aktor dan aktris bersama team dengan Naskah Fragmentasi Rupa, karya Ayah Isal, dan mempersembahkan pertunjukkan teater ini sebagai kado 40 Tahun Lisma Unpas, demikian ungkap Deni, kordinator teater Lisma Unpas.

Dengan warna merah redup dipanggung serta media pencahayaan dari handphone. Pertunjukan teater kolaborasi tersebut, menampilkan segi estetika yang mistis. Didukung juga dengan penggalan alur naskah yang memainkan narasi dengan teks-teks muram. Membawa penotonton pada peristiwa yang bisa dicerna secara sederhana.
Walaupun bentuknya adalah kontemplasi dari surealisme. Ada gimik menegangkan dan segar yang dihadirkan oleh kawan-kawan teater dari jakarta. Pertunjukkan mengalir begitu saja tanpa membebani penonton sampai ending. Selamat ulang tahun Lisma Unpas ke 40.
<Kin/geobdg>