JAKARTA (geobdg) – Peristiwa kadet 1947 dikeang dan menjadi inspirasi kala tim nasional Indonesia melawan dengan Jepang, pada pertandingan terakhir Grup D yang akan berlangsung Rabu (24/1/2024), Hal itu, diungkapkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, iJakarta, dilansir Antara, Selasa )23 Januari 2024{
Indonesia masih menjaga asa lolos ke putaran 16 besar Piala Asia untuk pertama kalinya, sebagai salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik. Saat ini, Tim Garuda berada di posisi ketiga klasemen Grup D dengan tiga poin.
“Sekecil apapun kesempatan, kita harus perjuangkan. Kita ada peristiwa dulu, yakni saat Indonesia masih di bawah Belanda, Indonesia terkurung. Tetapi masih ada kalau ingat kadet, ada sekelompok anak muda menerbangkan pesawat waktu itu, bisa mengebom kembali Belanda,” ungkap Erick seusai peresmian kerja sama dengan apparel Erspo di Jakarta, Senin, (23/1/2024).
“Ada nilai-nilai patriotisme saat itu, dengan segala keminiman. Pesawat pakai pesawat latih, bomnya juga pakai tangan. Dan dianggap tidak bisa pulang karena tidak ada radar, tapi ternyata bisa kembali,” paparnya.
“Nah saya melihat anak-anak muda Indonesia yang ada di lapangan saat ini, saya berharap sekecil apapun, bukan tidak mungkin (dapat lolos ke 16 besar). Karena itu saya memutuskan untuk terbang (ke Qatar) malam ini, siapa tahu bisa memberi effort lebih, supaya bisa tampil paling tidak baik, sebaik mereka bermain melawan Vietnam,” tandas Erick.
Peristiwa yang diceritakan Erick merupakan kejadian saat Indonesia baru berusia dua tahun, dan harus mengalami serangan Belanda yang ingin kembali merebut kekuasaan di tanah air. Saat itu sekelompok siswa sekolah penerbangan di Yogyakarta melakukan serangan udara terhadap markas tentara Belanda yang berada di Semarang dan Salatiga dengan segala keterbatasan.
Terkait Piala Asia 2023, Erick juga memberikan pujian kepada bek tengah Jordi Amat, yang tetap ngotot ingin bermain kontra Jepang meski mengalami cedera wajah saat melawan Vietnam.
“Hal itulah yang namanya patriotisme, yang pernah saya bilang, jangan membedakan mana pemain yang dari Liga Indonesia, mana pemain yang berkiprah di luar negeri. Jangan bedakan juga agama, lahir di mana, inilah yang namanya membangun tim,” tegasnya.
“Sebuah kesatuan, kebersamaan yang dapat menghasilkan yang terbaik. Siapapun yang ingin membela merah-putih, itulah Indonesia,” pungkas Erick.
<Anto/geobdg>.