Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung
"Piala Asia U-23 Indonesia pada babak semifinal sangat menyakitkan, pasalnya ada keberpihakan wasit yang sangat mencolok sehingga berpengaruh pada kebijakan dan keputusan saat gol dianulir yang bermula dari tendangan Arhan yang berujung ditendang oleh Ferari".
Begitupun keputusan wasit mengeluarkan red card untuk sang kapten yang lugu, santun dan bersahabat Rizki Ridlo. Sempurna sudah kontroversial wasit saat Timnas U-23 Indonesia vs U-23 Uzbekistan. Memang kita dapat melihat diatas lapangan hijau, penguasaan bola didominasi pihak Timnas Uzbekistan.
Akan tetapi secara jujur dan kasat mata, serangan balik timnas Indonesia memiliki performa yang cukup mengkhawtirkan lawan. Hal itu dibuktikan saat gol awal yang dianulir. Kejanggalan demi kejanggalan diperlihatkan wasit, bahkan protes STY pun kena ganjaran. Benar sekali berbagai informasi dimedia terkait rekam jejak wasit tersebut bersikap dan berprilaku aneh yang terkenal dengan keputusan kontroversial dalam laga-laga sebelumnya, sempat viral digrup media sosial terkait hal tersebut.
Marah, sedih dan memilukan sikap kontroversial dari wasit saat laga Indonesia vs Uzbekistan dalam babak semifinal. Bahkan, gemuruh riuh sorak sorai rakyat Indonesia hampir tumpah ruah memenuhi area nonton bareng diberbagai tempat yang disediakan.
Dengan performa satu babak dalam kondisi masih imbang menunjukan bahwa Timnas Indonesia bukan lawan biasa, melainkan timnas Garuda yang patut diwaspadai kualitas permainannya. Hari ini dan esok hari, timnas Garuda harus terus ditingkatkan mental juaranya, kultur dan tradisi bermain kuat, taktis dan strategis saat diatas lapangan hijau berhadapan dengan lawan-lawan yang kuat dan bereputasi baik. Eforia pun tidak terlalu berlebihan, yang paling penting muhasabah diri apa yang sudah dilakukan.
Saat kemenangan diraih pelajaran yang dipetik bukan semata kehebatan, melainkan sangat mungkin sebuah godaan ataupun ujian terhadap sikap diri yang akan dilihat dari bagaiamana menyikapi saat setelah raihan yang didapat apakah termasuk sikap sombong dan takabur merasa bahwa itu kehebatan mutlak dari dirinya penuh dengan keriyaan. Padahal ijin dan ridlo Allah Ta’ala memberi kekuatan diluar kesadaran setiap perbuatan dan tindakannya. Disisi lain, saat kita semua umat muslim Indonesia euforia kemenangan turnamen permainan sepak bola.
Kebengisan Zionis Israel
Jerit pilu kesedihan yang tak berkesudahan menimpanya darah melumurinya hingga kering kembali tanpa ada usaha keras totalitas negara-negara muslim didunia. Justru saat ini, nyaris tidak diberitakan dalam media Indonesia terkait keperihatinan berbagai warga universitas dinegara eropa, baik itu Amerika Serikat maupun Inggris sebagai negara sekutu Zionis Israel. Demonstrasi aksi keprihatinan dan pembebasan Palestna dilingkungan kampus tidak dapat dibendung hingga guru besar atau profesor turun kejalan ikut berorasi.
Kekhawatiran penguasa akhirmya memuncak dan melakukan penekanan terhadap para aktifis demonstran, aksi kepriahtinan muncul dikampus yang notabene dewan penyantun utama yang senantiasa membantu anggaran finansial brrkebangsaan yahudi Israel tak luput dari aksi-aksi keprihatinan dari warga kampus atau civitas akademika dan merebak ke berbagai kampus di eropa. Kebengisan genosida Zionis Israel di Palestina sudah tidak dapat ditoleransi keluar jauh dari sifat kemanusiaan.
Negara sekutu Zionis Israel selalu teriak hak asasi manusia, saat pelakunya negara sekutunya diam tak berkata apa-apa bungkam seolah mulutnya terkunci. Jangan-jangan fakta sebenarnya, Israel sebuah negara kecil yang memiliki kekuatan adiadaya politik pola balas jasa dengan negara yang dikenal adidaya. Sangat mungkin terjadi dalam satu negara manakala terjadi kontra dengan negara lain yang dianggap setara sebenarnya tidak berani berhadapan satu lawan satu. Mereka beraninya keroyokan, tidak gentle man sehingga cara bersekutu menjadi solusi mereka untuk melawan yang kontra.
Terlepas itu siasat atau strategi, saat terjadi inkonsistensi dalam sikap yang sarat dengan perbuatan munafik dan standar ganda. Sebagai kemasan dan tameng penyelamatan. Hal tersebut menjadi indikasi perbuatan mereka telah bertindak jahat dan tiran. Bohong penuh dusta segala macam kata dan kalimat yang dikabarkannya. Siapa pun diantara negara yang berkoalisi dan beraliansi, telah menjadi bagian dari kejahatan berjamaah berbuat culas yang pantas untuk dilawan dengan cara cerdas dan ikhlas.
Palestina dalam kondisi tidak baik, negara-negara arab ada dalam ancaman serius. Perang terbuka antar benua semakin mendekat, jika bom nuklir diluncurkan oleh salah satu negara tidak mustahil dunia alam semesta ada dalam guncangan hebat. Ekosistem mahluk terganggu tanpa ada batas wilayah negara, karena efek dari bom-bom nuklir tidak main-main berdampak luas terhadap kehidupan selanjutnya. Tidak menutup kemungkinan kiamat yang telah diberitahukan oleh Sang Penguasa alam semesta Allah Ta’ala dalam kalam-Nya bahwa akan terjadi hari akhir untuk semua mahluk hidup didunia tanpa kecuali. Keadaran ini menjadi pengingat bagi kita yang meyakini Islam sebagai agama dan ajaran, siapapun mereka beradabdibelahan dunia.
Situasi dan kondisi warga Palestina menghadapi musuh-musuhnya bukan sekedar musuh eksternal diluar negaranya. Melainkan musuh dalam dirinya yang sangat mungkin, muncul perasaan prustasi dan putus asa. Dengan sikap tidak percaya akan keberadaan Allah Ta’ala sebaik-baiknya Penolong. Itu akan lebih berat dan berbahaya saat tidak mampu melawannya.
Jika terpeleset jiwanya masuk sebagai manusia rugi “celaka duabelas”. Yang dikenal sebagaimana dalam pribahasa “sudah jatuh tertimpa tangga”. Berharap dan berdo’a dari kejauhan, semoga warga Palestina diberikan kekuatan lahir bathin walaupun dalam pilu. Mampu melawan musuh-musuhnya hingga merdeka dunia akhirat.
Begitupun euforia kemenangan yang dialami bangsa Indonesia, saat kompetisi dan perang diatas lapangan hijau. Sangat mungkin ada yang terpleset sikap hati dan jiwa merasa diri hebat dan kuat. Hingga lupa dan hilap bahwa ada yang hebat dan kuat lebih sempurna. Termasuk harus jadi pelajaran atau ibroh. Saat kalah penuh tragis saat melawan Uzbekistan, anulir gol terhadap lawan dan gol bunuh diri sebuah peristiwa yang benar-benar menyakitkan.
Disitu ada pelajaran berharga yang tersembunyi selain evaluasi timnas Indonesia, juga introspeksi diri masing-masing. Euforia kemenangan dan kesedihan dari kekalahan sangat tipis dalam konteks sikap. Dapat jadi dalam penyikapan diri telah meruntuhkan nilai-nilai spiritualitas keberagamaan. Tidak ada kata yang lebih nikmat dari dua kejadian yang dihadapi timnas Indonesia. Selain kata syukur terima kasih atas ijin dan ridlo Allah Ta’ala, dengan kekuasaan-Nya semua ada hikmahnya yang didapat bagi timnas sepak bola dan rakyat Indonesia.
Hakikat dari kontra sepak bola dari awal turnamen terus menerus memenangkan pertandingan, eforia pun menyertainya penuh bangga. Namun, saat semifinal ada ajaran sangat-sangat berharga sebagai rem dan kendali keujuban dan keriyaan timnas hingga harus diuji mentalitas spirtualitas timnas Indonesia dengan kekalahan saat semifinal, peluang masih besar untuk melaju ke piala dunia.
Semangat dan motivasi tinggi tetap harus dijaga, optimisme terus ditanamkan dalam jiwa raga disimpan dalam dada. Begitupun warga atau rakyat Palestina saat memperlihatkan secara visual beberapa informasi. Pernyataan kepercayaan diri, semangat kuat, harapan dan cita-cita untuk meraih kemerdekaan dalam kemenangan yang hakiki.
Dalam konteks yang sama ataupun berbeda. Dari dua peristiwa diatas kaitannya relatif memiliki motivasi sama pada sisi tertentu yaitu sama-sama untuk merebut kemenangan. Namun, nilainya dan hal lain lebih substansial ada penekanan berbeda. Sehingga bobot bebannya cenderung harus prioritas keberpihakan yang disesuaikan dengan ukuran dan tingkat makna bebannya. Sangat berharap kepada para pemain timnas Indonesia. Sekalipun ada pilu kekalahan namun tetap ada nilai lain yang lebih bermakna sebagai hikmah dari segala apapun yang terjadi.
Dapatkah sikap bangsa dan negara Indonesia memasifkan aksi keprihatinan dengan cara-cara yang efektif dan efesien. Seperti halnya membuat pernyataan pembelaan terbuka aksi keprihatinan yang dimobilisasi secara masif. Hingga viral menjadi isu yang dapat membangun persepsi mata dunia dalam media maya digital.
Membuat opinion influence atau narasi-narasi yang ditempel melalui berbagai poster, tiktok dan platform digital lainnya. Aksi keprihatinan melalui kekuatan media digital sangat efektif dan efesien selama konsep dasarnya tidak merugikan pihak yang berbuat baik. Namun saat hegemoni media mainstream masif memutarbalikan fakta, untuk membangun persepsi baik dan benar. Terhadap tindakan brutal zionis Israel sebagai kebenaran baru. Hal itu wajib dilawan untuk sebuah panggilan hati nurani sebagai umat muslim dalam jihad fii sabilillah.
Kekuatan umat muslim tidak hanya ada dalam catatan jumlah statistik. Melainkan sikap dan tindakannya harus ikut turut serta dalam gerakan praksis. Terlibat bersama-sama untuk memberi dukungan moral dan materil dalam bentuk yang dibutuhkan berdasarkan skala prioritas yang mendesak. Disadari betul, pilu rakyat Palestina seolah hanya dirasakan sendirian tanpa ada sikap kepedulian dan keberpihakan masif dari sekutu lainnya. Konsekuensi berjamaah dalam kebaikan dan kebenaran, akan membangun kekuatan yang teguh dan tangguh dalam bersyariat. Hanya dengan syariat-Nya yang dapat menuntun orang muslim untuk berusaha menghindari hal-hal yang mendatangkan hal lebih buruk.
Wallahu’alam.