Dekan Fakultas Kesehatan di Uswagati Cirebon, Catur Setiya Sulistiyana (kanan) menerima ucapan selamat dari tamu yang hadir saat Sidang Terbuka Doktoral di Universitas Pasundan, Bandung, belum lama ini.

Catur: Lulus Sangat Memuaskan di Sidang Terbuka Doktoral Universitas Pasundan

4 minutes, 36 seconds Read

Bandung — Universitas Pasundan di akhir tahun ini, banyak meluluskan para mahasiswanya khususnya di tingkat Doktoral (S3). Hal itu, belum lama ini digelar sidang terbuka yang diikuti 4 orang mahasiswa dan salah satunya yakni Catur Setiya Sulistiyana, yang juga sebagai Dekan Fakultas Kesehatan di Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon.

Dalam desertasinya Catur, mengambil judul “Pengaruh Kompetensi, Komitmen Organisasi, dan Motivasi Terhadap Kinerja Dokter Pendidik Klinik serta lmplikasinya Terhadap Mutu Lulusan Dokter (Survey pada Fakultas Kedokteran (FK) di AIPKI Wilayah III).” Maju sebagai peserta Sidang tertutup kali ini, penelitiannya menyoroti permasalahan Pendidikan di kedokteran. Hal itu, dibagi dalam 2 tahap, yakni tahap sarjana kedokteran (fase pre-klinik) dan tahap profesi dokter (fase klinik).

Pendidikan dokter pada tahap pre-klinik ini, kata Catur, lebih terstruktur hal ini untuk menghasilkan dokter yang berbudi luhur, bermatabat, bermutu, berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggungjawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mampu berdaptasi dengan lingkungan sosial dan berjiwa sosial tinggi.

“Untuk pendidikan preklinik ini juga didominasi oleh pembelajaran teoritis, di mana peserta pendidikan dokter mempelajari ilmu medis dasar seperti biokimia, fisiologi, anatomi, dan lain-lain. Dalam pendidikan preklinik ini, mahasiswa belajar di lingkungan pekerjaan yang sebenarnya, artinya berhadapan langsung dengan pasien dan lingkungan profesional kedokteran serta profesi lain yang terlibat dalam pelayanan kesehatan,” katanya.

Menurut Catur, untuk pembelajaran pada fase klinik mahasiswa diberi kesempatan terlibat dalam pelayanan kesehatan dengan bimbingan dan pengawasan dokter pendidik klinik. Dokter pendidik klinik memiliki dampak yang positif terhadap kesehatan pasien dan perkembangan pengetahuan mahasiswa kedokteran pada tahap klinik ini.

“Supervisor klinik atau dokter pendidik klinik ini, bertanggung jawab terhadap semua proses pembelajaran mahasiswa, termasuk persiapan dan pengarahan sebelum praktek klinis, penilaian kebutuhan pembelajaran, manajemen proses pembelajaran, supervisi dalam praktek klinis, dan melakukan evaluasi proses pembelajaran,” paparnya.

“Adanya supervisi klinik ini, bertujuan agar pencapaian keterampilan klinik mahasiswa bisa lebih baik, Keterlibatan dokter pendidik klinik sangat diperlukan untuk mendidik, memfasilitasi dan mengawasi mahasiswa kedokteran selama menjalani pendidikan klinik. Kurangnya kontrol dan pemantauan terhadap kualitas pendidikan dan supervisi klinik yang diberikan dokter pendidik menjadi sulit untuk menjamin terlaksananya pendidikan dan pengawasan klinik yang berkualitas,” ungkap Catur.

Foto ; Catur Setiya Sulistiyana

Menurut data kelulusan, kata dia, menunjukaan bahwa jumlah presentase tingkat kelulusan peserta Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) hanya sebesar 72.77% tahun 2018. Sedangkan ditahun 2017 persentase kelulusan peserta UKMPPD sebesar 74.11%. Bahkan ditahun 2019 dan persentase kelulusan peserta cuma sebesar 70.90% atau kelulusan terendah dari target.

“Ya, mutu lulusan kedokteran ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti workplace base atau dalam dunia kedokteran disebut sebagai pendidikan klinik. Hal tersebut, yakni suatu tempat dimana pasien, mahasiswa dan praktisi bergabung bersama-sama untuk melaksanakan pelayanan medis dan proses pembelajaran,” kilah Catur.

“Kinerja dokter pendidik klinik yang optimal berkontribusi menghasilkan lulusan pendidikan dokter yang dapat digunakan menjadi tenaga profesional bidang kedokteran. Namun hingga saat ini masih dijumpai adanya kendala mengenai persentase kelulusan UKMPPD,” tuturnya.
Dalam pelaksanaan penelitiannya, kata catur, memang agak terlambat dibanding mahasiswa yang lain dikarenakan kesibukannya sebagai Dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Uswagati, tetapi memang harus dipaksakan agar secepatnya tuntas.

“Alhamdulillah, hari ini kami bisa sidang terbuka yang merupakan sidang terakhir dalam pendidikan Doktoral (S3) ini. Hal itu, berkat semua pihak termasuk promotor, co promotor, istri dan anak-anak kami yang terus mendukung agar secepatnya bisa selesai serta semua pihak yang tak bisa kami sebutkan satu persatu, terima kasih banyak,” tandasnya.

Catur menambahkan, pada akhir hasil penelitianya dari variabel kompetensi, komitmen organisasi dan motivasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dokter pendidik klinik. Hal itu, artinya jika kompetensi, komitmen organisasi dan motivasi dokter pendidik klinik meningkat secara bersamaan, maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja dokter pendidik klinik.
Hal ini telah sesuai dengan pendapat para expert judgment, yang menyatakan bahwa kompetensi dokter pendidik, sebagai faktor kunci yang bisa berkontribusi pada kinerja dokter pendidik secara keseluruhan.

“Untuk variabel kinerja dokter pendidik klinik juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu lulusan, hal ini yang artinya jika kinerja dokter pendidik klinik semakin baik, maka mutu lulusan akan semakin baik pula. Hal itu, telah sesuai dengan pendapat para expert judgment, yang menyatakan bahwa kinerja dokter pendidik yang semakin baik bisa berdampak positif pada kualitas mutu lulusan, karena memiliki peran sentral dalam memberikan pendidikan medis bagi mahasiswa,” pungkasnya.

<Anto/geobdg>.

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply