WASHINGTON–Keluarga korban dua kecelakaan pesawat Boeing 737 Max telah meminta penuntutan dan kompensasi sebesar 24,8 miliar dolar AS (Rp 406 triliun) atas “kejahatan” korporasi paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat.
Pengacara keluarga tersebut, Paul Cassell, mengatakan bahwa jumlah tersebut sudah benar dan pantas mengingat banyaknya korban jiwa akibat kejahatan Boeing.
Dalam surat setebal 32 halaman yang dilihat BBC, Cassell mengatakan pemerintah AS harus mengadili mereka yang memimpin perusahaan tersebut, ketika 346 orang tewas dalam dua kecelakaan pada tahun 2018 dan 2019.
Surat tersebut mengutip permintaan maaf CEO Boeing, Dave Calhoun, pada hari Selasa saat dia memberikan bukti kepada Kongres.
“Saya minta maaf atas kesedihan yang kami timbulkan,” katanya, ketika ia dicemoohkan anggota keluarga korban kecelakaan itu. Keluarga korban kecelakaan Boeing meneriaki Calhoun saat dia meminta maaf. Mereka mendengar bos Boeing mengakui budaya di perusahaannya jauh dari sempurna.
Menurut BBC, dua pesawat 737 Max hilang dalam kecelakaan terpisah namun penyebabnya hampir sama yang menewaskan 346 orang. Pada Oktober 2018, seluruh penumpang Lion Air yang berjumlah 189 orang tewas setelah pesawat tersebut jatuh di Laut Jawa 13 menit setelah lepas landas dari Jakarta, Indonesia.
Pada Maret 2019, maskapai penerbangan Ethiopian Airlines jatuh enam menit setelah lepas landas dari Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa. Semua penumpangnya yangberjumlah 157 penumpang tewas. Kedua kecelakaan itu terkait dengan sistem kontrol penerbangan yang rusak.<ds/geobdg>