BANDUNG — Kembali meledak, sebanyak dua pekerja mengalami luka bakar akibat ledakan tungku. Smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel atau ITSS di kawasan Industri Indonesia
Morowali Industrial Park (IMIP). Sulawesi Tengah, pada Kamis malam, 13 Juni 2024, sekitar pukul 22.00 WITA.
Dilansir dari Tempo.con, Serikat Pekerja Industri Morowali atau SPIM, tampak korban sedang dievakuasi oleh puluhan rekannya pascaledakan terjadi.
Awal penyebab ledakan tungku smelter masih dalam tahap identifikasi internal. Tetapi SPIM menduga kalau insiden imbas tak diterapkannya sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Tak sesuai aturan yang baik di kawasan industri nikel di Morowali. Pekerja yang kemudian menjadi korban.
“Hal ini insiden terulang lagi karena bobroknya sistem K3,” kata pengurus bidang pendidikan dan bacaan. Di Dewan Pengurus Pusat SPIM-KPBI, Jordi Goral.
Jordi menuturkan, PT ITSS seharusnya belajar dari insiden ledakan yang menyebabkan 21 pekerja tewas. Dan luka berat pada 24 Desember 2023 lalu.
Kini kejadian serupa berulang lagi ini dianggapnya sebagai sikap abai dari perusahaan. Tentunya, keamanan dan keselamatan pekerjanya.
“Seharusnya, dijadikan pelajaran penting untuk dilakukan proses perbaikan sistem K3. Tentunya, agar ke depannya tak terjadi lagi,” tuturnya.
Jordi menyampaikan masifnya industri nikel yang berkembang di Indonesia, khususnya di Morowali. Menurut dia, investasi dan penerimaan pajak yang besar untuk negara bisa membawa dampak baik. Hal itu, pula untuk keselamatan dan keamanan para pekerja harus diperhatikan.
“Bukan penyerapan tenaga kerja saja, tapi kesehatan dan keselamatan pekerja. Harus sejajar dengan nilai investasinya,” kata dia.
“Jadi semakin besar investasi, seharusnya penerapan K3 perusahaan itu juga harus semakin ketat,” tandas Jordi
Data Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi menyatakan penerimaan pajak selama 2022 dari industri nikel sebesar Rp 17,96 triliun. Nilai ini naik 10,8 kali dibanding data 2016 silam yang hanya Rp 1,66 triliun. <Anto/geobdg>