Tangkapan Layar: Pegawai swasta perlu menyiapkan dana pensiun agar di masa tua mereka tak merana..

Biar Tak Merana Siapkan Pensiun Pegawai Swasta Sejak Dini

3 minutes, 48 seconds Read

BANDUNG — Dana pensiun menjadi hal penting dan ini perlu disiapkan, termasuk bagi pegawai swasta.
Sayang, ini kerap dilewatkan oleh para pekerja. Apalagi mereka yang bergaji pas-pasan.

Head of Advisory & Financial Planner Finansialku Shierly mengungkapkan pihaknya sering mengadakan seminar. Hal itu, untuk mengetahui kepekaan masyarakat terhadap dana pensiun. Ternyata, 90 persen peserta masih kekurangan dana pensiun.

“Walaupun jumlah uangnya terkesan sudah banyak. Tetapi ternyata gaya hidup per bulannya cukup besar. Jadi, bisa saja tetap kurang,” ungkapnya. Dilansir CNNIndonesia, Minggu (25/8/2024).

Dia menyarankan setiap pekerja harus menghitung rincian kekurangan dana pensiun mereka.

1. Sesuaikan Usia

Shierly menyebut upaya menyisihkan uang ini juga bisa dibagi berdasarkan usia. Misal, untuk karyawan swasta berusia 20 tahun hingga 30 tahun bisa menyisihkan 10 persen-20 persen dari gaji bulanan.

Sedangkan pekerja yang berusia 40 tahun, perlu menyisihkan 30 persen dari penghasilan karena sudah mendekati usia pensiun.

“Dana pensiun sebaiknya seperti lari maraton. Misal, 2 tahun pertama capai Rp100 juta pertama, tahun ke-5 capai Rp500 juta. Kemudian untuk tahun ke-9 capai Rp1 miliar pertama, tahun ke-17 capai Rp2 miliar, dan seterusnya,” paparnya.

“Selama masih produktif, jangan berhenti menyiapkan dana pensiun. Lalu, sebelum pensiun miliki berbagai jenis penghasilan. Untuk pensiunan, penghasilan perlu dimiliki yakni penghasilan pasif,” imbuh Shierly.

2. Cara Hitung Tabungan dan Kebutuhan Pensiun

Menurutnya, ada beberapa jenis perhitungan dana pensiun. Jika ingin sederhana. Rumusnya yakni penghasilan tahunan dikali 25.

Shierly mencontohkan jika pekerja swasta punya gaji Rp12 juta per bulan. Maka setahun bisa menghasilkan Rp144 juta. Dia memperkirakan estimasi kebutuhan dana pensiunnya sebesar Rp3,6 miliar.

“Kalau pensiunnya masih jangka panjang atau lebih dari 7 tahun, boleh 70 persen alokasi ke saham. Reksadana saham, atau emas. Sisa 30 persennya bisa cicil reksadana pendapatan tetap atau obligasi,” jelas Shierly.

“Kalau sudah menjelang pensiun alias kurang dari 5 tahun. 60 persen-70 persen di reksadana pendapatan atau obligasi. Smentara 30 persen sampai 40 persen bisa di saham core stock atau saham berdividen tinggi,” terangnya.

Tambahan dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan

Di sisi lain, Perencana Keuangan PINA Rista Zwestika menekankan pentingnya mempersiapkan dana pensiun. Dia menyampaikn BPJS Ketenagakerjaan dan program sosial sejenis belum cukup

Ada tiga alasan utama mengapa BPJS Ketenagakerjaan tak bisa menjamin kehidupan usai bekerja.

Pertama, nominalnya terbatas. Rista menegaskan tunjangan pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan kemungkinan tidak cukup. Hal itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa tua.

Kedua, ada inflasi. Dia menjelaskn nilai uang akan terus menurun seiring waktu. Sehingga dana disiapkan hari ini mungkin tidak cukup untuk membeli barang dan jasa serupa di masa depan.

Ketiga, ketidakpastian. Rista menuturkan kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah bisa berubah. Sehingga penting memiliki dana pensiun yang cukup.

“Misalnya, dengan gaji Rp7 juta per bulan. Anda bisa mengalokasikan sekitar 10 persen-15 persen (per bulan) atau Rp700 ribu. Hingga Rp1,05 juta untuk dana pensiun,” tutur Rista.

“Persiapan dana pensiun adalah investasi jangka panjang sangat penting. Dengan perencanaan matang dan disiplin, Anda dapat mencapai kebebasan finansial di masa tua,” tambahnya.

Menurutnya, tidak ada angka pasti dapat dikatakan ideal untuk semua orang. Rista mengutarakan kebutuhan setiap individu berbeda-beda.

Pertimbangan dan Kumpulkan Dana Pensiun

Dia lantas memberikan empat pertimbangan untuk mengumpulkan dana pensiun.

Pertama, mulai menghitung pengeluaran dan pendapatan saat Ini. Pekerja bisa memulai dengan mencatat semua pendapatan dan pengeluaran bulanan. Karena bisa menjadi dasar perkiraan pengeluaran di masa pensiun.

Kedua, mulai memperkirakan pengeluaran di masa depan. Dia menyebut beberapa pengeluaran mungkin akan berkurang setelah pensiun. Misalnya biaya transportasi ke kantor, walau pengeluaran untuk kesehatan berpotensi meningkat.

“Ketiga, pertimbangkan Inflasi. Tingkat inflasi rata-rata di Indonesia sekitar 3 persen-5 persen per tahun. Artinya, harga barang dan jasa akan terus naik setiap tahunnya,” tandaspnya. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply