BANDUNG – Kembali nilai tukar Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Selasa, (29/10/2024). Dibuka di level Rp 15.725/US$ pada pagi hari, Rupiah ditutup anjlok 0,22% di level Rp 15.755/US$.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengungkapkan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar mata uang Asia lainnya. Dia mengungkapkan tekanan ini disebabkan oleh sentimen kondisi global yang kurang kondusif.
“Saya lihat perkembangan nilai tukar mata uang Asia hari ini banyak yang mengalami pelemahan terhadap US Dollar. Faktor pendorongnya bersumber dari sentimen global yang kurang kondusif,” ungkap Edi dilansir CNBC Indonesia, Selasa, (29/10/2024).
Edi menambahkan kondisi global yang dia maksud adalah perkembangan rilis data fundamental Amerika Serikat yang di atas ekspektasi pasar. Dia mengatakan rilis data ini mendorong penurunan ekspektasi terhadap pemotongan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif.
“Ditambah pernyataan-pernyataan pejabat The Fed yang cenderung less dovish,” imbuh dia.
Edi menjelaskan tekanan ini juga disebabkan oleh serangan balik dari Israel ke Iran. Dia mengatakan kondisi geopolitik itu mendorong penguatan indeks Dollar AS (DXY). Terakhir, dia mengatakan tekanan ini juga disebabkan oleh pelambatan data fundamental China dan Eropa.
Dengan perkembangan kondisi ini, Edi mengatakan BI akan terus berada di pasar. Menurut dia, BI menerapkan triple intervention untuk memastikan keseimbangan permintaan-penawaran valuta asing di market.
“Kami tentu mengawal market dengan masuk pasar melalui triple intervention. Hal itu, untuk memastikan atau menjaga keseimbangan supply-demand valas di market, agar market confidence tetap terjaga,” tukas dia. <Anto/geobdg>