BANDUNG — Editor Defence Eye, Tim Ripley, menyatakan kepada BBC bahwa para ahli strategi militer. Tentunya, harus berpikir “out of the box” (tidak konvensional) mengenai respons Iran dan Hizbullah.
“Anda harus menempatkan diri Anda pada pola pikir orang-orang Iran. Hizbullah, dan Houthi (militan Islam yang telah menyerang pelayaran internasional di Timur Tengah). Mengapa menyia-nyiakan upaya Anda untuk lagi-lagi melakukan hal yang sama?”
Menurut Ripley, Iran bisa mendorong Hizbullah untuk melancarkan serangan di perbatasan. Mereka diperkirakan menyadari bagaimana serangan Hamas pada 7 Oktober mengejutkan Israel. Sedangkan serangan rudal konvensional gagal menembus pertahanan Israel dengan mudah.
Ripley juga mengatakan bahwa Iran mungkin akan mempertimbangkan untuk menyita tanker-tanker minyak asing. Tapi, Jeremy Binnie dari Janes percaya bahwa eskalasi seperti itu tak mungkin terjadi:
“Pasukan elite Hizbullah, Radwan, sudah berlatih untuk operasi lintas batas. Tetapi menurut saya mereka tak akan terlibat dalam pembalasan,” paparnya.
“Di satu sisi, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) akan jauh lebih siap untuk skenario itu. Hal itu, jika dibandingkan 7 Oktober; di sisi lain, penculikan sejumlah kecil warga negara Israel. Kemungkinan akan memicu eskalasi besar, seperti terjadi pada tahun 2006,” tukas Jeremy.
Pada tahun 2006, Israel melancarkan serangan darat di Lebanon usai Hizbullah menculik dua tentara Israel. Terjadi pertempuran sengit dan banyak korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak.
Ripley mengungkapkan Israel bisa melakukan serangan lebih lanjut terhadap Hizbullah. Hal itu, untuk menjatuhkan semangat mereka alih-alih memberikan dampak yang signifikan. Terhadap kekuatan perangkat keras militer kelompok tersebut.
“Itulah yang mereka lakukan di Lebanon pada tahun 2006 dan di Gaza sekarang,” tandasnya. <Anto/geobdg>