MAJALENGKA–Suhu panas dan kekurangan air mengancam kebun tanaman sayuran di Desa Lemahputih dan Lemahsugih, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Dudu Kustiwa, salah seorang petani cabai dan tomat, menyebutkan bahwa suhu udara di wilayahnya mencapai 30 derajat Celcius. Padahal, daerah itu berada di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut (MDPL).
“Kondisi tersebut diperparah dengan penyusutan debit mata air,” kata Dudu, Selasa (20/8).
Areal perkebunannya dipasok air dari mata air Cikuray. Mata air tersebut dipergunakan oleh banyak petani. Kini setiap petani hanya dijatah selama kurang lebih dua jam dengan debit yang sangat kecil.
Karena dijatah dua jam, tanaman tidak bisa seluruhnya tersiram air, sehingga menyirampun terpaksa dilakukan bergilir.
“Tekstur tanah di wilayah kami kan seperti pasir, air mudah meresap dan hilang. Tanah tidak bisa menahan air sehingga kami buat kubangan dengan alas plastik. Dari kubangan, air dipergunakan untuk menyiram,” kata Dudu.
Hal senada disampaikan Jaja yang bertani cabai. Sebagian tanamannya kini layu karena kurang pasokan air.
“Siang layu, kalau pagi segar karena mungkin ada udara dingin. Namun, kalau terus menerus tidak mendapat air ya bisa mati,” ungkap Jaja. <Tati>