Tangkapan Layar: Starlink.com

Starlink Buat Kiamat Makin Dekat, Peneliti Temukan Tandanya

1 minute, 43 seconds Read

BANDUNG — Starlink disebut makin berdampak buruk bagi ozon, teknologi internet berbasis satelit milik SpaceX. Dalam sebuah temuan, megakonstelasi satelit itu disebut bisa menghambat pemulihan atmosfer.
Temuan itu berasal dari studi yang dilakukan para peneliti University of Southern California. Dampak buruk ini dihasilkan satelit yang tak berfungsi lagi.

“Hanya dalam beberapa tahun terakhir banyak orang akan berpikir hal ini mungkin jadi masalah. Kami jadi salah satu tim pertama yang melihat dampak dari fakta-fakta ini,” ungkap peneliti Joseph Wang.

Para peneliti memperkirakan satelit yang terbakar saat masuk kembali ke Bumi. Hal itu, bisa menghasilkan polutan berbahaya ke atmosfer, dilansir dari Futurism, Rabu (19/6/2024).

Polutan berbahaya yang dimaksud termasuk pula aluminium oksida. Para peneliti juga menyebut satelit itu bisa berkontribusi pada penipisan ozon secara signifikan.

Penelitian ini. dilakukan dengan memperkirakan dampak polutan pada lingkungan sekitar. Mereka juga mempelajari logam umum yang digunakan dalam pembangunan satelit berinteraksi satu sama lain.

Hasilnya terdapat peningkatan alumunium di atmosfer sebanyak 30% pada 2022. Hal itu, para peneliti menemukan satelit sebesar 550 pon menghasilkan 66 pon nanopartikel aluminium oksida saat masuk ke Bumi.

Aluminium yang dihasilkan itu ternyata baru 30 tahun kemudian turun ke stratosfer. Secara total, konstelasi Starlink yang terus bertumbuh. Hal itu, bisa meningkatkan 646 persen kadar aluminium oksida di atmosfer dibandingkan tingkat alami.

Para peneliti menekankan perlunya penelitian lanjutan soal dampak yang disebutkan dalam penelitian ini. Mereka menyebutkan masih adanya kurang pemahaman soal dampak lingkungan masuknya satelit ke Bumi.

“Dampak lingkungan masuknya satelit masih kurang dipahami. Seiring dengan meningkatnya jumlah yang masuk, penting melakukan eksplorasi. Tentunya, lebih jauh kekhawatiran dalam penelitian ini,” tandas para peneliti. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts