Tangkapan Layar: Mengulang Retorika Kremlin, Barat Tingkatkan Konflik di Ukraina.

Mengulang Retorika Kremlin, Barat Tingkatkan Konflik di Ukraina

1 minute, 56 seconds Read

BANDUNG — Pejabat Rusia lainnya, seperti mantan Presiden Dmitry Medvedev, juga sering mengeluarkan ancaman penggunaan senjata nuklir. Propagandis Kremlin bahkan mengusulkan serangan rudal terhadap negara-negara Barat menjadi sekutu Ukraina.

Dalam wawancaranya dengan majalah kebijakan luar negeri Rusia, International Affairs. Ryabkov mengatakan bahwa perang di Ukraina menunjukkan bahwa “pencegahan nuklir dalam pengertian tradisionalnya tidak sepenuhnya efektif”. Hal itu perlu ada “penambahan dan perubahan konseptual.”

Tanpa memberikan rincian lanjutannya, Ryabkov menambahkan bahwa pada akhirnya akan ada “pendekatan yang lebih konkret”. Hal ini, oleh Rusia terkait “eskalasi lebih lanjut dari pihak musuh kami,” mengulang retorika Kremlin. Bahwa Barat sedang meningkatkan konflik di Ukraina yang dimulai oleh Putin.

Doktrin Nuklir Rusia

Diskusi mengenai doktrin nuklir Rusia meningkat belakangan ini. Bulan lalu, Dmitri Trenin dari lembaga pemikir Moskow, Institute of World Economy and International Relations. Menyampaikan bahwa doktrin tersebut harus dimodifikasi untuk menyatakan bahwa Rusia bisa menggunakan senjata nuklir. Terlebih dahulu ketika “kepentingan nasional inti sedang terancam.”

Trenin menambahkan bahwa Moskow harus “membujuk” pihak Barat. Bahwa “mereka tak akan bisa tetap nyaman dan sepenuhnya terlindungi setelah memprovokasi konflik dengan Rusia,”. Seperti yang dilaporkan oleh Associated Press.

Ancaman Rusia untuk menggunakan senjata nuklir telah membayangi perang di Ukraina. Dan mempengaruhi keseimbangan di mana AS dan sekutu NATO memberikan bantuan senjata kepada Ukraina. Hal ini, untuk melawan agresi Moskow, tanpa memicu eskalasi lebih lanjut.

Daryl G. Kimball, direktur eksekutif Arms Control Association, dalam sebuah artikel bulan lalu. Menyampaikan bahwa untuk menghindari kesalahan perhitungan nuklir, harus ada dilanjutkannya dialog sempat ditangguhkan. Tentunya, antara Rusia dan AS mengenai pengurangan risiko nuklir dan pengendalian senjata.

Kimball menuturkan bahwa AS dan anggota NATO lainnya harus terus menahan diri dari membuat ancaman retorika. Tentang pembalasan nuklir, menghindari latihan nuklir yang provokatif. “Dengan menolak meniru langkah-langkah kontraproduktif dari Rusia,” tandas dia. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts