BANDUNG — Pabrik tekstil di Indonesia sedang mengalami kesulitan. Hal ini, tercermin dari banyaknya berita penutupan 6 pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan, penurunan order sampai sama sekali tak ada order. Hal itu, membuat pabrik-pabrik tekstil tersebut tutup, hingga menyebabkan puluhan ribu pekerja menjadi korban PHK.
“Pabrik tekstil tutup bertambah lagi. PT. S.Dupantex, lokasinya di jalan Pantura, Pekalongan, Jawa Tengah. Baru tanggal 6 Juni kemarin, akibatnya PHK 700-an orang pekerja,” kata Ristadi dilansir CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2024).
“Ini menambah daftar pabrik tekstil melakukan PHK sejak awal tahun 2024. Ada efisiensi ada yang pabriknya tutup karena tak bisa lagi bertahan,” paparnya.
Baca juga: Bursa Asia Bergerak Variatif, Jelang Rilis Inflasi AS
Hal ini merupakan daftar konglomerat tekstil di Indonesia:
H.M Lukminto
Haji Muhammad Lukminto (H.M Lukminto) alias Le Djie Shin adalah peranakan Tionghoa lahir pada 1 Juni 1946. Dia memulai karir sebagai pedagang dengan berjualan tekstil di Solo sejak usia 20-an.
Dalam uraian buku Local Champion, Solo sebagai pusat tekstil di Jawa sejak masa kolonial membuat bisnis Lukminto tumbuh subur. Sampai akhirnya pada 1966 atau di usia 26 tahun dia berani menyewa kios di Pasar Klewer. Kios itu diberi nama UD Sri Redjeki.
Tak disangka bisnisnya moncer. Dua tahun berselang dia mulai membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna untuk pasar Solo. Pendirian pabrik inilah yang kemudian menjelma menjadi PT Sri Rejeki Isman atau Sritex yang kini bertahan hingga kini pada 1980.
Sayangnya, saat ini Sritex mencatatkan kenaikan utang dan defisit modal kian membengkak. Sampai akhir Desember 2023, aset perusahaan tercatat turun 15% menjadi US$ 648,99 juta atau setara Rp 10,38 triliun (asumsi kurs Rp 16.000/US$). Sedangkan, utang perusahaan tercatat malah mengalami kenaikan 3,75% menjadi US$ 1,60 miliar atau setara Rp 25,66 triliun.
Untuk menyelesaikan permasalahan itu, manajemen Sritex menyebut perusahaan akan meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya produksi salah satunya lewat pengurangan jumlah karyawan. Perusahaan telah memangkas 2.232 karyawan dari semula 16.370 karyawan pada akhir 2022 hingga tersisa 14.138 karyawan. <Anto/geobdg>