BANDUNG — Petra dalam bahasa Yunani berarti batu. Sedangkan, orang Arab menyebutnya al-Bitra. Situs arkeologi itu terletak di sebuah dataran rendah yang diapit oleh gunung-gunung yang membentuk sayap. Sejarah Kota Petra pun tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Tempat ini terkenal dengan bangunan arsitektur yang dipahat pada bebatuan serta sistem pengairannya.
Diperkirakan dibangun pada awal tahun 312 sebelum masehi, sebagai ibu kota dari Nabath, yang sekarang menjadi simbol dari Yordania, dan juga menjadi tempat kunjungan favorit para turis. Tempat ini terletak pada yang terletak di dataran rendah di antara gunung-gunung Gunung Hor yang membentuk sayap timur Wadi Araba, lembah besar yang berawal dari Laut Mati sampai Teluk Aqaba.
Berjarak sekitar 3-5 jam perjalanan dari Kota Amman, Yordania, terdapat sebuah situs bersejarah. Bahkan, pada 2007 situs tersebut menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia. Peninggalan bersejarah yang begitu indah dan menakjubkan.
Hadis Imam Bukhari memang tak menjelaskan secara langsung Kota Petra. Namun, yang disebut adalah bangsa Arab kuno bernama Anbath Asy-Syam. Menurut kitab Al-Qamus al-Islami, Kota Petra yang indah dan menakjubkan merupakan peninggalan Anbath Asy-Syam yakni bangsa Arab kuno yang tinggal di antara Semenanjung Sinai dan Harun.
Kota itu sempat menjadi pusat perdagangan para kafilah yang melakukan perjalanan antara Mesir, Jazirah Arab, dan Syam. Pada awal kemunculan Islam, menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith al-Nabawi, ada beberapa peninggalan bangsa Anbath yang telah bercampur dengan bangsa lain. Konon, peradaban bangsa Anbath memiliki jenis tulisan (kaligrafi) yang dinamakan Khath Nabthi, ujar Dr Syauqi. Kota Petra sempat hilang dari peradaban manusia selama 500 tahun, tepatnya sejak berakhirnya Perang Salib pada abad ke-12 M.
Kota yang hilang itu baru diketahui peradaban Barat pada 1812. Hal itu, petualang berkebangsaan Swiss bernama Johann Ludwig Burckhardt yang kembali memperkenalkan kota itu. Situs ini digambarkan seperti “sebuah kota mawar merah yang antik” dalam salah satu puisi yang menang dalam lomba Newdigate Prize, karya dari John William Burgon.
Sedangkan UNESCO menyatakannya sebagai “salah satu peninggalan kultural yang paling penting dalam peradaban manusia” dan masuk sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 6 Desember 1985. Petra dipilih oleh majalah “Smithsonian” sebagai salah satu dari “28 tempat yang harus dikunjungi sebelum meninggal dunia”.
Keindahan dan kemegahan Kota Petra dilukiskan oleh BBC dalam seuntai kalimat, Ini adalah satu dari 40 tempat yang harus Anda lihat sebelum mati. Betapa tidak, Petra merupakan kota yang unik, kota itu dibangun dengan cara memahat dinding-dinding batu.
Foto: Indah dan menakjubkan karya seni teetinggi kali itu
Sejarah Kota Petra Jordan
Dalam pandangan Islam menurut Al Quran, kemampuan memahat batu ini ternyata beekenaan dengan Nabi Saleh ‘Alaihissalam dan Kaum Tsamud. Tertulis dalam QS. Al A’raf syat 73-79 bahwa Nabi Saleh diutus kepada Kaum Tsamud untuk mengajak mereka menyembah Allah. Tetapi mereka justru mengelak dengan berbuat kerusakan di muka bumi dan tidak percaya dengan Allah. Mereka memilih untuk mendirikan istana dan memahat gunung-gunung untuk dijadikan rumah sehingga Allah murka dan Kaum Tsamud itu ditimpa oleh gempa di mana mayat-mayat mereka kemudian menetap di tempat tinggal mereka.
Lalu, apa hubungannya dengan bangsa Nabatean yang membuat peradaban ini menurut ahli sejarah. Meruntut pada hadits Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia mengatakan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah singgah bersama mereka di Hijr dekat bekas permukiman Kaum Tsamud. Al Hijr dikenal dengan berbagai peninggalan arkeologi yang dibuat dengan memahat dinding batu. Peninggalan itu juga mirip dengan apa yang ada di Petra.
Wilayah Bangsa Nabatea juga mencakup Al Hijr. sehingga dapat disimpulkan bahwa kaum Tsamud tidak tinggal dan menetap di wilayah Petra melainkan tinggal di Al Hijr. Sebagian warisan Petra berasal dari inspirasi Kaum Tsamud sebab mereka merupakan pendahulu dari Bangsa Nabatea. Dilihat dari silsilah kepemimpinan Nabi Saleh yang lebih tua dibandingkan Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Ismail, Nabi Yakub, Nabi Ishaq, dan Nabi Isa yang kala itu hidup pada peradaban Mesopotamia. Bangsa Nabatea kala itu hidup di Zaman Nabi Isa.
<Anto/Geobdg>.