BANDUNG — Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi sorotan setelah sikap yang diambil para petinggi Muhammadiyah. Hal itu, untuk mengalihkan seluruh dananya ke bank syariah lain.
Mulai pembentukannya di tahun 2021, BSI sudah menuai kontroversi. Lahir dari merger tiga bank syariah milik Himbara (Himpunan Bank Milik Negara). BSI dituding berpotensi menciptakan monopoli di industri perbankan syariah Indonesia.
Menteri BUMN Erick Thohir pun mengakui bahwa dominasi BSI atas industri perbankan syariah di Tanah Air. Meski dirinya tak mau berpolemik atas situasi itu.
“Saya nggak mau berpolemik dengan isu-isu. Pihak Muhammadiyah dan BSI belum bicara ke saya,” kata Erick. Di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dilansir Suara, Sabtu, 8 Juni 2024.
Hal itu, kata Erick, dibutuhkan satu bank syariah lainnya yang setara dengan BSI. Tentunya, agar bisa menjaga keseimbangan perbankan syariah dan terhindar dari sikap monopoli.
“Sama seperti Bank Muamalat dan BTN kita mau menjadi kesimbangan. Karena dominasi BSI sangat kuat sekali,” ucapnya.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) memutuskan untuk menarik dana simpanannya. Dan pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Keputusan ini diambil berdasarkan memo organisasi per 30 Mei 2024. Hal ini, mulai diberlakukan sejak 1 Juni 2024.
Menurut Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal, Anwar Abbas. Ada dua alasan utama di balik keputusan ini. Pertama, ketakutan akan konsentrasi dana yang terlalu besar di satu bank kurang baik.
“Ya, penempatan dana Muhammadiyah selama ini terlalu banyak berada di BSI,” ujar Anwar, keterangan tertulisnya.
Kedua, Muhammadiyah ingin mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan melalui penyaluran dana ke berbagai bank syariah di Indonesia.
“Muhammadiyah ingin dananya bisa dimanfaatkan untuk membantu UMKM. Tak hanya hanya mengendap di satu bank saja,” tandas Anwar. <Anto/geobdg>