Oleh: Yaya Mulyana *)
Gelombang kritik pasca pemilu 2024, ini terus bergulir dan massif. Setelah berbagai kecurigaan dan rezim yang secara terbuka untuk memenangkan salah satu paslon. Keanehan dan kecurangan yang ditunjukan oleh Sirekap dan hasil quick qount yang mengunci suara paslon tidak berubah. Semakin terbuka dan vulgar di media sosial. Kecurigaan ini semakin menguat karena sejak awal paslon 02 ini sudah mendeklarasikan kemenangan satu putaran. Hal ini kemudian dapat kita pahami karena berbagai upaya dan perangkat digunakan. Seperti pemihakan presiden secara terbuka, penggunaaan aparat sampai ke tingkat desa, serta mobilisasi bansos.
Pemilu kemudian hanya menjadi instrument untuk melanggengkan kekuasaan, yang dilakukan segala cara termasuk menghianati suara rakyat. Bahkan membuat aturan yang sewenang wenang seperti terlihat dari kasus Paman usman di MK. Instrumen demokrasi seperti pemilu dan parpol digunakan justru untuk membunuh demokrasi itu sendiri secara brutal. Hal ini mengingatkan kita pada buku, “Bagaimana Demokrasi Mati” karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dari Harvard University. Membahas tentang risiko-risiko yang dapat mengancam demokrasi, terutama melalui serangan terhadap norma-norma demokratis.
Buku ini mengidentifikasi pola-pola yang dapat merusak institusi demokrasi dan menunjukkan. Bagaimana pemimpin otoriter menggunakan strategi hukum dan politik untuk merongrong sistem demokratis. Memberikan perhatian khusus pada peran elit politik dalam mendukung atau merintangi upaya-upaya untuk melindungi demokrasi. Levitsky menyoroti pentingnya menjaga prinsip-prinsip demokratis sebagai langkah mencegah potensi krisis demokratis.
Menganalisis secara mendalam terhadap ancaman-ancaman terhadap demokrasi modern. Dengan memperingatkan tentang bahaya hilangnya demokrasi yang sering kali tidak terlihat secara langsung. Levitsky memperkenalkan konsep utamanya, yaitu. Bahwa demokrasi tidak hanya dapat mati melalui kudeta militer tradisional, tetapi juga melalui serangkaian langkah-langkah otoriter yang lebih halus.
Mengeksplorasi pola-pola yang dapat merusak demokrasi, seperti penolakan norma-norma demokratis, manipulasi aturan politik, dan penyalahgunaan kekuasaan eksekutif. Levitsky memaparkan studi kasus dari berbagai negara untuk mengilustrasikan. Bagaimana pemimpin otoriter menggunakan strategi politik dan hukum untuk merongrong sistem demokratis. Penekanannya pada ancaman terhadap norma-norma demokratis membantu pembaca memahami cara-cara subtan yang dapat digunakan untuk menggoyahkan fondasi demokrasi.
Ancaman Demokrasi
Buku ini memaparkan berbagai faktor yang dapat mengancam demokrasi, mulai dari ketidaksetaraan ekonomi hingga ketidakpuasan politik. Menunjukkan bahwa kondisi ini menciptakan celah bagi penguasa otoriter. Dalam bab “Demokrasi yang Terancam” Levitsky, menyelidiki berbagai faktor yang dapat mengancam fondasi demokrasi. Ia membahas secara rinci bagaimana ketidaksetaraan ekonomi dapat merusak demokrasi, menciptakan ketidakpuasan di antara kelompok masyarakat tertentu.
Ketidaksetaraan tersebut dapat menghasilkan krisis legitimasi, memunculkan permusuhan antar-kelompok. Serta memungkinkan para penguasa otoriter untuk memanfaatkan ketidakpuasan tersebut guna mengkonsolidasikan kekuasaan mereka.
Selain itu, ketidakpuasan politik juga diidentifikasi sebagai ancaman serius terhadap demokrasi. Apabila warga merasa tidak diwakili atau kecewa terhadap performa pemerintahan, hal ini dapat memicu ketidakstabilan politik dan memperlemah fondasi demokrasi. Levitsky mengilustrasikan bahwa ketidakpuasan ini dapat dimanfaatkan oleh penguasa otoriter untuk merongrong demokrasi.
Penulis juga menyoroti bahwa untuk melindungi demokrasi, perlu memahami dan mengatasi akar-akar masalah. Seperti ketidaksetaraan, ketidakpuasan politik, dan polarisasi yang dapat melemahkan sistem demokratis secara bertahap.
Mekanisme Demokrasi Oleh Penguasa Otoriter
Membahas bagaimana penguasa otoriter dalam Orde Lama menggunakan institusi demokratis untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Merayu dukungan elite, dan menghindari perubahan yang substansial. Levitsky menggambarkan dengan detail cara penguasa otoriter dapat menggunakan mekanisme demokrasi untuk keuntungan mereka.
Salah satunya adalah dengan merayu dukungan dari elit politik dan ekonomi. Penguasa otoriter cenderung membangun aliansi dengan kelompok-kelompok kunci. Memberikan imbalan atau keistimewaan kepada mereka agar tetap setia, bahkan jika hal ini merugikan demokrasi.
Selain itu, penguasa otoriter juga dapat memanipulasi peraturan electoral dan menggunakan kontrol atas lembaga-lembaga demokratis untuk mengamankan kemenangan dalam pemilihan. Levitsky menyelidiki bagaimana pemilihan dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan ilusi demokrasi, sementara sebenarnya penguasa otoriter tetap memegang kendali.
Ia juga membahas strategi penguasa otoriter dalam memanipulasi media, mengendalikan informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Menciptakan naratif yang mendukung penguasa tersebut. Dengan cara ini, demokrasi bisa diubah menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan otoriter, sementara esensi demokrasi sejati semakin terkikis.
Levitsky menyoroti pentingnya memahami bagaimana institusi-institusi demokratis dapat dimanipulasi dan disusupi oleh penguasa otoriter. Dengan memahami mekanisme ini, masyarakat dapat lebih waspada terhadap ancaman demokrasi. Berupaya melindungi integritas institusi-institusi demokratis agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan otoriter.
Faktor-Faktor Kematian Demokrasi
Levitsky juga menguraikan faktor-faktor kunci yang menyebabkan demokrasi mati. Termasuk lemahnya pemerintahan, krisis ekonomi, dan ketidakstabilan politik yang dapat dimanfaatkan oleh penguasa otoriter. Levitsky menyoroti bahwa demokrasi tidak selalu mati secara instan melalui kudeta militer, melainkan bisa terkikis perlahan. Penulis memaparkan bagaimana lemahnya kinerja pemerintah, krisis ekonomi, dan ketidakstabilan politik dapat menciptakan celah bagi penguasa otoriter untuk mengambil kendali.
Faktor-faktor ini, saat tidak ditangani dengan baik. Dapat mengancam fondasi demokrasi dan membuka pintu bagi penguasa otoriter yang ingin mengkonsolidasikan kekuasaan. Levitsky mengidentifikasi strategi penguasa otoriter. Termasuk pengendalian media dan pembatasan kebebasan sipil, sebagai langkah-langkah yang mereka ambil untuk meredam oposisi dan memastikan kontrol penuh.
Ia membahas bagaimana penguasa otoriter seringkali menggunakan institusi-institusi demokratis untuk menciptakan ilusi demokrasi, sementara sebenarnya mereka memanfaatkannya untuk kepentingan otoriter. Juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam melindungi demokrasi. Ia mengajak pembaca untuk memahami peran mereka dalam memperkuat demokrasi. Mendukung lembaga-lembaga demokratis, dan menjaga kewaspadaan terhadap tanda-tanda ancaman terhadap demokrasi.
Strategi Penguasa Otoriter
Levitsky mendemonstrasikan berbagai strategi yang digunakan penguasa otoriter. Seperti mengendalikan media dan membatasi kebebasan sipil, untuk meredam oposisi dan mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Penulis mendalami berbagai strategi yang diterapkan oleh penguasa otoriter untuk merongrong demokrasi dan mengkonsolidasikan kekuasaan mereka.
Levitsky membahas bagaimana penguasa otoriter menggunakan kontrol media sebagai salah satu strategi utama. Mereka dapat memanipulasi informasi, menekan kebebasan pers, dan menciptakan naratif yang mendukung agenda mereka. Dengan demikian, penguasa otoriter dapat mengendalikan opini publik dan memperkuat pengaruh mereka.
Penguasa otoriter cenderung membatasi hak-hak individu, menekan oposisi politik, dan menciptakan lingkungan. Di mana kritik terhadap rezim dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Hal ini membungkam suara-suara yang mungkin menjadi tandingan politik.
Levitsky menyoroti bahwa penguasa otoriter sering kali menggunakan alat-alat hukum untuk membenarkan tindakan represif mereka. Mereka dapat memanfaatkan peraturan-peraturan yang eksis atau menciptakan hukum baru. Untuk mempersempit ruang demokratis, seolah-olah tindakan mereka sesuai dengan aturan hukum.
Selain itu, penulis mencermati bagaimana penguasa otoriter dapat memanfaatkan polarisasi politik untuk keuntungan mereka. Dengan menciptakan ketegangan antar-kelompok masyarakat, penguasa otoriter dapat mengalihkan perhatian dari kritik terhadap rezim dan memperkuat dukungan dari basis-basis mereka. Ia juga menegaskan bahwa pemahaman mendalam terhadap strategi penguasa otoriter sangat penting dalam melawan ancaman terhadap demokrasi. Levitsky mendorong pembaca untuk secara kritis memahami taktik-taktik ini. Agar masyarakat dapat mengembangkan strategi balasan yang efektif dan menjaga keberlanjutan sistem demokratis.
Levitsky menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan demokrasi. Ini melibatkan keterlibatan dalam proses politik, baik melalui pemilihan umum maupun melalui partisipasi dalam kelompok-kelompok masyarakat sipil. Dengan berpartisipasi, masyarakat dapat memberikan suara mereka dan memastikan representasi yang lebih baik.
Pembaca diajak untuk mendukung lembaga-lembaga demokratis, seperti media independen, sistem peradilan yang bebas, dan lembaga-lembaga pengawas pemerintah. Levitsky menekankan pentingnya menjaga kemandirian dan integritas lembaga-lembaga ini agar dapat berfungsi sebagai penjaga demokrasi. Ia juga menyoroti kebutuhan untuk memahami bahwa demokrasi bukanlah jaminan kekekalan dan bahwa tantangan-tantangan dapat muncul. Levitsky mendorong masyarakat untuk tetap waspada terhadap tanda-tanda ancaman terhadap demokrasi dan bersedia bertindak ketika nilai-nilai demokratis terancam.
Levitsky menyimpulkan bahwa melindungi demokrasi adalah tanggung jawab bersama. Dengan meningkatkan kesadaran, keterlibatan, dan kepedulian masyarakat, Levitsky optimis bahwa demokrasi dapat diperkuat dan dilestarikan. Dengan analisis mendalam dan kasus studi yang kuat. Levitsky merangkum kompleksitas dan kerentanannya demokrasi dalam karya ini. Memberikan pembaca pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana demokrasi dapat mati secara perlahan dan bagaimana kita dapat mempertahankannya.
Apa yang ditulis oleh Levitsky secara teoritis seperti nampak dan terasa yang sedang terjadi secara empiris di Indonesia hari ini. Atau jangan jangan, rezim ini justru belajar dan mempraktekan. Bagaimana cara membunuh demokrasi secara perlahan melalui mekanisme dan aturan system demokrasi. Sungguh sangat mengerikan dan memilukan. *) Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Unpas