Foto: Pemakaman Ma'la, Kota Makkah, Tempat disemayamkannya Siti Khadijah dan Abu Thalib.

Pemakaman Ma’la Makkah: Makam Siti Khadijah dan Abu Thalib

4 minutes, 10 seconds Read

BANDUNG — Tepatnya 40 tahun silam, sekitar 16 Zulhijjah 1392 H atau 20 Januari 1973, Masyarakat Indonesia dikagetkan berita besar dari tanah suci Arab Saudi, masalah kecelakaan tokoh nasional Indonesia yakni HM Subchan ZE. Kala itu, almarhum sedang menunaikan ibadah haji dan dalam perjalanan dari Kota Makkah menuju Madinah. Mobil Marcedez Benz baru, terkenal dengan anti selip tersebut, mengalami pecah ban, tidak beberapa lama Subchan wafat.

Mantan Wakil Ketua MPRS kala itu, memperoleh penghormatan besar di Pemerintah Arab Saudi. Jemaah haji Indonesia yang seluruhnya yang masih berada di Makkah ikut kaget dan mensalatkan Subchan ZE, tokoh NU legendaris itu. Tentunya, jemasah Subchan ZE dimakamkan di Ma’la. Di makam tersebut, ternyata pula terdapat tokoh ulama asal Indonesia yakni Syaikh Nawawi Al-Banteni dan sejumlah ulama asal Indonesia lainnya.

Pada tahun 1981, tokoh nasional yang lain Bung Tomo alias Haji Soetomo juga wafat di Makkah usai menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan Subchan yang telah menyelesaikan hajinya, Bung Tomo –penggerak semangat pahlawan di Surabaya tahun 1945 itu, wafat saat wukuf di Arafah. Bung Tomo yang menunaikan haji dengan istrinya kala itu langsung dimakamkan di pemakaman Ma’la.

Tetapi, mayoritas masyarakat Indonesia terutama pemerintah dan kalangan veteran RI, mengimginkan Bung Tomo dimakamkan di tanah air. Hal itu, jenazah Bung Tomo harus digali lagi di Makkah dan dikirim ke Indonesia. Maka terjadilah diplomasi kuburan. Pemerintah Arab Saudi menganggap tak lazim pemindahan kuburan. Bahkan MUI juga menyarankan agar tetap dimakamkan di Makkah karena keutamaan Makkah bagi mereka yang meninggal di tanah suci.

Pemakaman Ma’la dalam sejarah termasuk makam tua yang telah dipergunakan sejak zaman Jahiliyah. Ma’la yang letaknya berhadapan dengan Jabal Assayyidah (Bukit Siti Khadijah) di daerah al-Hujun tersebut, telah berusia sekitar 1.700 tahun. Orang pertama yang dikubur di Ma’la adalah Qushay bin Kilab (kakek bangsa Quraish). Lalu, kakek-kakek Rasulullah, seperti, Abdu Manaf bin Qushay, Hasyim bin Abdu Manaf, Abdul Muthalib bin Hasyim.

Di sini juga ada makam Siti Khadijah (istri Rasulullah), Abu Thalib paman Nabi saw, Al-Walid ibnu Al-Mughirah, Al-Qasim dan At-Thayib (dua putera Nabi Muhammad), Asma binti Abubakkar Siddiq, Abdurahman bin Abubakar Siddiq, Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Zubair, dan lain sebagainya.

Makam Ma’la itu, semula hanyalah makam keluarga Bani Hasyim yang kemudian dijadikan pemakaman umum, terletak sekitar 1 km utara masjidil Haram. Pemakaman itu, dikenal dengan nama Jannatul Ma’la yang artinya surga al-Ma’lah. Hal itu, bermakna tempat yang tinggi atau yang luhur, siapa gerangan yang tak tergiur utuk dimakamkan di pemakaman ini.

Kala itu, makam Sayyidatina Khadijah ditandai dengan kubah besar sehingga nampak jelas bagi yang ingin berziarah. Namun, sejak menguatnya pemerintahan Raja Abdul Aziz dengan didukung kalangan penganut faham Wahabi, kubah itu dirobohkan pada hari Rabu 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925.

Sehingga kini tak ada tanda sedikit pun yang dapat menunjukkan di mana makam tersebut. Khadijah binti khuwailid RA, merupakan wanita pertama yang menyambut seruan iman tanpa membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulallah SAW di kala semua orang mendustakan, menghina dan melecehkannya. Hal itu, sudah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwanya, dan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Dengan salam khusus Jibril, Allah menyediakan rumah di surga bagi Khadijah.

Keistimewaan makam Ma’la ini, telah dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud. Rasulallah SAW bersabda, “Allah membangkitkan dari tempat ini (pemakaman Ma’la) dan dari seluruh tanah Haram 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab. Setiap orang dari mereka bisa membawa 70.000 orang, wajah mereka cerah dan bersinar bagaikan bulan purnama”.

Tetapi, saat ini tidak mungkin lagi para jemaah haji dimakamkan di makam Ma’la karena dianggap sudah sangat padat. Jemaah haji atau umrah atau warga Mekah sendiri tak lagi dapat dimakamkan di makam Ma’la. Beberapa tempat pemakaman baru telah dibangun oleh pemerintah Arab Saudi di luar kota suci Mekah. Siapa pun yang meninggal di Makkah akan dimakamkan di kota itu (tak hanya Ma’la), maka akan mendapat ampunan dan bebas dari pertanyaan Munkar dan Nakir.

<Anto/Geobdg>.

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply