BANDUNG — Trump ini, seorang narsistik eksentrik, tetapi dia juga seorang pragmatis. Sebagai seorang pengusaha, Trump memahami bahwa sanksi ke Rusia merusak dominasi dolar di dunia.
“Tapi, itu bukan alasan cukup untuk melakukan revolusi di Amerika Serikat dan menentang garis anti-Rusia. Dari Deep State terkenal kejam, jauh lebih kuat daripada Trump mana pun,” ungkap Mantan Presiden Medvedev.
Medvedev juga mengkritik calon dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris. Dia, menggantikan Joe Biden usai Biden mundur dari pencalonan pada Juli. Dia menggambarkan Harris sebagai sosok tidak berpengalaman dan meremehkan kemampuannya dalam menangani isu-isu internasional.
Medvedev menyimpulkan pesannya dengan menyampaikan bahwa sanksi terhadap Rusia akan terus berlanjut. Hingga AS mengalami keruntuhan akibat perang saudara yang ia anggap “akan segera terjadi.”
Komentar Medvedev ini menuai tanggapan dari juru bicara Trump, Steven Cheung. Dia menyatakan bahwa “Putin mendukung Kamala Harris karena dia tahu Harris akan menjadi sosok lemah bagi Rusia.”
Ini bukan pertama kalinya Medvedev memprediksi perang saudara di AS. Pada peringatan Hari Kemerdekaan AS pada Juli lalu, dia juga membandingkan situasi politik AS. Dengan perang sipil yang sedang berlangsung di Ukraina.
Walau Medvedev sering kali melontarkan retorika keras di media sosial. Kementerian Luar Negeri AS menegaskan bahwa pernyataannya tak perlu dianggap serius. Seorang juru bicara mengungkapkan bahwa pernyataan itu adalah bagian dari propaganda Kremlin sudah biasa.
Isu tentang kemungkinan perang saudara di AS juga pernah dibahas oleh tokoh pro-Putin lainnya. Seperti Sergei Markov, mengatakan bahwa jika perang saudara terjadi di AS. Konflik di Ukraina akan segera berakhir dalam waktu satu minggu. <Anto/geobdg>