Tangkapan Layar: Ilustrasi kelas menengah .

Jumlah Kelas Menengah Indonesia Turun Kasta Hampir 4,32%

1 minute, 34 seconds Read

BANDUNG — Pertumbuhan DPK melambat ini terjadi baik dalam rupiah maupun valuta asing (valas). Penghimpunan DPK berdasarkan valuta rupiah juga melandai menjadi 5,9% yoy pada Juli 2024 dan valas juga melandai menjadi 16,7% yoy.

Bank Indonesia (BI) menunjukkan pertumbuhan DPK melandai menjadi 7,5% (year on year/yoy) pada Juli 2024 atau lebih rendah. Dibandingkan Juni 2024 berada di angka 8,2% yoy. DPK melandai dua bulan beruntun setelah menyentuh titik tertingginya pada Mei 2024 yakni 8,5% yoy.

Baca juga: Ketakutan Jokowi Makin Nyata, Jelang Akhir Masa Jabatan

Hal ini kemudian diikuti oleh menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Seandainya segmen ini merupakan kelas memiliki alokasi tabungan dari total pendapatan.

Kelas menengah di Indonesia turun kasta sejak masa krisis Pandemi Covid-19. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Kemudian, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%, penurunannya hampir 4,32%.

Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah turun kelas. Karena, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik. Dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.

Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%. Menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk pada 2024. Artinya, banyak golongan kelas menengah turun kelas kedua kelompok itu.

“Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari Pandemi Covid-19. Terhadap ketahanan dari kelas menengah,” jelas Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts