BANDUNG — Kini, ratusan ribu warga Israel turun ke jalan pada Minggu (1/9/2024) malam. Hal itu, muncul seruan pemogokan umum diumumkan di seluruh negeri di tengah kemarahan publik meluas. Terkait penanganan pemerintah terhadap perang di Gaza usai ditemukannya enam sandera tewas di terowongan bawah tanah Hamas.
Penemuan mayat para sandera di Gaza selama akhir pekan mengancam memunculkan ketegangan terkait perang ke titik didih. Diperkirakan hingga 500.000 orang berunjuk rasa di Tel Aviv, sedangkan demonstrasi lainnya terjadi di Yerusalem. Ketika tekanan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Hal itu, untuk membawa pulang sandera tersisa mencapai puncaknya.
Pemogokan umum pertama sejak Maret tahun lalu diperkirakan akan menghentikan sebagian besar aktivitas ekonomi Israel di Senin ini. Kantor-kantor pemerintah dan kota akan ditutup, begitu dengan sekolah-sekolah dan banyak bisnis swasta.
Bandara internasional Israel, Ben Gurion, dijadwalkan akan ditutup mulai pukul 8 pagi waktu setempat untuk periode belum diketahui.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mayat Carmel Gat, Hersh Goldberg-Polin, Eden Yerushalmi, Alexander Lobanov. Kemudian, Almog Sarusi, dan Ori Danino ditemukan di terowongan “puluhan meter” di bawah tanah selama pertempuran di Rafah, Gaza Selatan. Keenamnya diculik dalam serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel.
Sandera Telah Tewas
Kementerian Kesehatan Israel menyatakan bahwa pemeriksaan forensik terhadap mayat menunjukkan bahwa para sandera telah tewas. Hal itu, dibunuh oleh teroris Hamas dengan beberapa tembakan dari jarak dekat 48 hingga 72 jam sebelum mereka ditemukan.
Namun, temuan tersebut tak banyak meredakan kemarahan meluas terhadap Netanyahu dan koalisi sayap kanannya yang gagal menyepakati kesepakatan pertukaran sandera yang didukung AS dengan Hamas, yang telah berada di meja perundingan sejak akhir Mei.
Dalam pernyataan belasungkawa atas enam sandera tersebut, Netanyahu menyalahkan Hamas karena menolak menerima kesepakatan itu.
“Siapapun yang membunuh sandera tak ingin kesepakatan,” kata Netanyahu, dilansir The Guardian.
“Kami, dari pihak kami, tak menyerah. Pemerintah Israel berkomitmen, dan saya pribadi berkomitmen. Untuk terus berusaha mencapai kesepakatan akan membawa pulang semua sandera kami dan menjamin keamanan serta keberadaan kami,” terangnya.
Namun, klaim Netanyahu diragukan oleh sejumlah pejabat keamanan yang mengutip secara anonim. Bahwa kegagalan mencapai kesepakatan disebabkan oleh keinginan Netanyahu untuk mempertahankan wilayah strategis di dalam Gaza. Terutama koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Mesir. <Anto/geobdg>