Hijir Ismail yakni termasuk dalam bangunan Ka'bah yang memiliki sejarah dan keutamaan. (Foto: NU).

Hijr Ismail bagian dari Bangunan Ka’bah, Sholat dan Dzikir Sama dengan di dalamnya

4 minutes, 9 seconds Read

BANDUNG — Sejarah Hijr Ismail tentunya sangat menarik untuk dikupas, karena memiliki sejarah yang tak lepas dari sejarah Ka’bah. Bagian satu ini sangat mudah kita kenali sebab posisinya yang menempel dengan Ka’bah. Hijr Ismail merupakan bagian dari bangunan Ka’bah yang letaknya berada di luar. Selama berada di dalam bagian ini, kita sama dengan berada di dalam bangunan Ka’bah. Dengan begitu maka sholat maupun dzikir dilakukan di sini sama pahalanya dengan melakukannya di dalam Ka’bah.

Menunaikan sholat di dalam Hijr Ismail juga terhitung sebagai amalan sunnah dan tidak wajib. Hal tersebut karena ibadah ini tidak termasuk rangkaian kegiatan ibadah umrah ataupun haji. Jadi jika tidak memiliki kesempatan untuk masuk dan melaksanakan sholat di dalamnya pun tidak menjadi masalah. Hijr Ismail memiliki keistimewaan yakni menjadi salah satu tempat mustajab untuk memanjatkan doa. Karena itulah tak heran jika para jamaah rela berdesakan agar bisa masuk ke dalamnya. Sebab keistimewaannya, yang pastinya sangat sayang jika tidak memanfaatkannya dengan baik.

Tidak jauh dari pintu Ka’bah terdapat Maqam Ibrahim yakni tempat pijakan Nabi Ibrahim kala meninggikan Ka’bah bersama Nabi Ismail. Setelahnya, terdapat area khusus dengan pembatas sepanjang kira-kira 8,5 m. Menurut beberapa riwayat, pemberian batas tersebut karena tempatnya merupakan bekas kamar Ismail dan ibunya, Siti Hajar.

Ketika Nabi Ibrahim membangun Hijr untuk berteduh Nabi Ismail dan Siti Hajar, kondisinya masih berupa pondasi batu dan atap dedaunan. Seiring berjalannya waktu, muncullah pemukiman dan suku baru yang kelak membentuk bangsa Arab. Kemudian Ka’bah pun tetap berdiri kokoh bersebelahan dengan Hijr Ismail.

Sebagian kalangan ada yang menyebutkan namanya Hijr Ismail sebab di dalamnya terdapat makam Nabi Ismail dan Siti Hajar. Namun pendapat tersebut tidak memiliki dasar yang kuat. Selain itu, ada pula sebutan lainnya, misalnya yaitu jidr yang berarti tembok. Lalu Hafrah Ismail yang berarti lubang dan sebutan Al Hijr karena merupakan batasan Ka’bah. Ada pula sebutan Hathem yang berarti reruntuhan atau pecahan sebab merupakan bagian Ka’bah yang terpisah.

Hijr Ismail itu, tingginya mencapai 1,32 meter dengan ketebalan dinding sekitar 1,5 meter. Jarak di antara dua pintu Hijr mencapai 8,77 meter dan jarak antara dinding Hijr dan Ka’bah sekitar 8,5 meter. Sementara itu panjang lingkaran dindingnya 21,5 meter. Setelah terpisah dari Ka’bah, Hijr Ismail juga tercatat telah mengalami beberapa kali perbaikan.

Abu Ja’far Manshur selaku khalifah Bani Abbasiyah, ia melakukan perbaikan pertama pada tahun 104 Hijriyah. Perbaikan tersebut yaitu dengan memasang marmer di pilarnya. Kini tinggi dinding Hijr Ismail tersebut mencapai 1,32 meter dengan ketebalan dinding sekitar 1,5 meter.

Jarak di antara dua pintu Hijr mencapai 8,77 meter dan jarak antara dinding Hijr dan Ka’bah sekitar 8,5 meter. Sementara itu panjang lingkaran dindingnya 21,5 meter. Kini, Hijr Ismail menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh para jemaah. Mereka tentunya tidak ingin melewatkan keutamaan dan keistimewaannya bisa shalat di tempat istimewa tersebut.

Foto: Masjidil Haram di masa lalu setelah renovasi Kakbah

Alami Pemugaran Ka’bah

Pada tahun 606 Masehi ketika Rasulullah berusia 35 tahun, Suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah. Kala itu, biaya pembangunannya pun menggunakan dana dari masyarakat Makkah. Namun sumber dananya harus berasal dari cara yang halal dan menghindari donasi yang sumbernya haram.

Hal tersebut pun akhirnya membuat biaya untuk pemugaran Ka’bah mengalami kekurangan. Akhirnya, terjadi pengurangan panjang tembok di sisi timur, barat, dan utara sekitar 3 meter. Pemugaran ini pun menjadi sejarah Hijr Ismail yang luasnya bertambah dan Ka’bah yang luasnya berkurang. Awalnya bagian Hijr Ismail hanya seluas kurang lebih seluas 5,5 meter saja. Namun kemudian setelah pemugaran, luasnya bertambah 3 meter hingga menjadi seluas 8,5 meter.

Tiga meter dari dinding Ka’bah pun juga masih termasuk sebagai bagian dalam Hijr Ismail. Setelah terpisah dari Ka’bah, Hijr Ismail juga tercatat telah mengalami beberapa kali perbaikan. Abu Ja’far Manshur selaku khalifah Bani Abbasiyah melakukan perbaikan pertama pada tahun 104 Hijriyah. Perbaikan tersebut yaitu dengan memasang marmer di pilarnya.

<Anto/Geobdg>.

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply