Foto BBC

Harapan Reunifikasi Korsel-Korut Kian Memudar

2 minutes, 41 seconds Read

SEOUL–Korea Utara atas perintah Kim Jong-un telah menghancurkan monumen yang melambangkan cita-cita rekonsiliasi dengan Korea Selatan. Kim menyebut Korea Selatan sebagai musuh utama dan mengatakan reunifikasi tidak mungkin lagi dilakukan.

Menurut laporan BBC, Kamis (27/1), citra satelit yang diambil di Pyongyang menunjukkan bahwa monumen tersebut – berbentuk sebuah lengkungan yang melambangkan harapan reunifikasi Korea dan diresmikan pada pertemuan puncak antar-Korea pada tahun 2000 – sudah tidak ada lagi.

Dua pakar Korea terkemuka melontarkan pernyataan mengejutkan yang menyatakan keyakinan mereka bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, sedang mempersiapkan perang dengan Korea Selatan.

“Kami meyakini, seperti kakeknya pada 1950, Kim Jong-un telah membuat keputusan strategis untuk berperang,” tulis Robert L Carlin, mantan analis CIA; serta Siegfried S Hecker, ilmuwan nuklir yang beberapa kali berkunjung ke Korea Utara, dalam artikel di situs 38 North.

Pernyataan itu memicu peringatan di Washington dan Seoul, sekaligus perdebatan di kalangan pengamat isu Korea Utara. Akan tetapi, sebagian besar analis tak sependapat dengan teori bahwa perang Korea di depan mata.

BBC berbicara dengan tujuh pakar di Asia, Eropa, dan Amerika Utara – tak ada satu pun yang mendukung gagasan tersebut.

“Mempertaruhkan seluruh rezimnya dalam potensi konflik yang dahsyat bukanlah tindakan yang tepat bagi Korea Utara. Mereka terbukti sangat [berpandangan] Machiavellian,” kata Christopher Green, pengamat Korea dari Crisis Group yang berbasis di Belanda.

Green dan sejumlah pakar lain mencatat bahwa Korea Utara sering kali melakukan aksi-aksi tertentu untuk membawa negara-negara Barat ke meja perundingan; dan ada juga tekanan politik dari dalam negeri.

Kendati demikian, mereka sependapat bahwa kemarahan Kim yang semakin memuncak tak dapat diabaikan dan rezimnya kini semakin berbahaya.

Meskipun sebagian besar pakar berpendapat bahwa perang mungkin masih kecil kemungkinannya, beberapa dari mereka khawatir serangan-serangan mungkin akan terjadi.

Para pengamat Korea Utara sudah terbiasa dengan ancaman nuklir yang dilontarkan Kim Jong-un. Namun ada analis yang mengatakan pesan terbaru dari Pyongyang menyimpan sifat berbeda.

Enam hari setelah pernyataan Kim pada Malam Tahun Baru bahwa “sudah menjadi kenyataan bahwa perang dapat pecah kapan saja di Semenanjung Korea”, militer Korut melancarkan serangan artileri melintasi perbatasan.

Korea Utara juga telah mengklaim uji coba rudal berbahan bakar padat baru, dan drone penyerang bawah airnya, yang diduga dapat membawa senjata nuklir, sejak awal Januari.

Hal ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran rudal dan pengembangan senjata yang dilakukan hampir setiap bulan selama dua tahun, yang jelas-jelas bertentangan dengan sanksi PBB.

Namun, pengumuman Kim Jong Un yang secara resmi mengabaikan tujuan unifikasi pada pekan lalu yang mengejutkan banyak pihak. <Dede Sudrajat/geobdg>

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply