Tangkapan Layar: Exxon Mobil.

Gugatan California pada Exxon Ikuti Penyelidikan

2 minutes, 34 seconds Read

BANDUNG — Tuduhan terhadap Exxon ini awalnya muncul saat plastik memainkan peran semakin besar. Hal itu, dalam mendukung permintaan minyak dan saat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersiap untuk menjadi perantara pada akhir November 2024. Hal ini untuk perjanjian mengikat pertama di dunia terkait mengurangi polusi plastik di Korea Selatan. Itu merupakan sebuah kesepakatan sudah disamakan dengan perjanjian iklim Paris 2015.

Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konsumsi plastik global merupakan pendorong utama permintaan petrokimia. Diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 mencapai 1,3 miliar ton.

S&P Global Commodity Insights mengungkapkan Tiongkok merupakan produsen plastik terbesar tahun lalu. Melampaui Amerika Utara dengan selisih tipis. Badan Energi Internasional menyebut sektor petrokimia sebagai “kontributor tunggal terbesar” terhadap pertumbuhan permintaan minyak. Hal itu, selama empat tahun ke depan karena elektrifikasi sektor listrik dan transportasi mengekang keinginan global pada minyak mentah.

Laporan dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley memperkirakan industri plastik akan menghasilkan 10% emisi global pada 2025. Naik dari 5% persen pada tahun 2019.

Adapun gugatan California terhadap Exxon mengikuti penyelidikan diluncurkannya terhadap sektor bahan bakar fosil. Dan petrokimia serta perannya dalam polusi plastik pada tahun 2022. Sekelompok organisasi nirlaba termasuk Sierra Club dan Surfrider Foundation mengajukan gugatan serupa pada hari Senin. Dengan menargetkan Exxon atas klaim menyesatkan tentang bisnis plastiknya.

Kurangi Polusi Plastik

Pemerintah negara bagian dan lokal juga tengah berupaya meminta pertanggungjawaban perusahaan atas limbah plastik. Awal tahun ini, jaksa agung New York Letitia James menggugat PepsiCo. Menuntut perusahaan makanan dan minuman itu mengurangi polusi plastiknya dan membayar ganti rugi.

Sedangkan, negara-negara berkembang, pemerhati lingkungan, dan bisnis sudah menyerukan agar pembatasan produksi plastik. Hal itu, dimasukkan dalam perjanjian plastik PBB terakhir pada akhir tahun. Dengan alasan bahwa mengandalkan solusi pengelolaan limbah seperti daur ulang tidak memadai.

Baca juga: Mesin Pengolah Sampah Nawasena Jadi Solusi

Karen McKee, kepala bisnis solusi produk Exxon, mengatakan kepada Financial Times awal tahun ini. Bahwa pembatasan produksi tidak akan menyelesaikan masalah polusi dan bahwa negosiator PBB perlu “berpikiran terbuka”, untuk solusi dari masalah ini.

Sebagai informasi, Exxon memproduksi 11,2 juta metrik ton polietilena tahun lalu. Dan mengoperasikan pabrik daur ulang kimia untuk plastik di Baytown, Texas.

OECD memperkirakan sekitar 10% dari semua plastik didaur ulang. Dan investasi dalam daur ulang akan mencapai US$1 triliun pada tahun 2040, hanya kurang US$20 miliar dari nilai saat ini. <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts