BANDUNG — Edukasi Gizi ini sangat perlu dilakukan, tentunya untuk pencegahan agar tak terjadi fenomrna Anemia Gizi. Hal ini, masyarakat mremang perlu pengetahuan tentang Anemia gizi besi yakni kondisi dimana kadar hemoglobin darah dibawah 12 mg/dl.
Kondisi ini, tentunya menyebabkan tubuh mengalami lemah, letih, lesu, lunglai yang dapat berdampak terhadap penurunan konsentrasi, prestasi belajar dan produktifitas. Remaja perempuan akan lebih berisiko lebih tinggi mengalami anemia, karena proses menstruasi dan pada fase pertumbuhan cepat dibandingkan dengan remaja pria.
Hal ini dikatakan Dosen Pendidikan Tata Boga FPTK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr. Ellis Endang Nikmawati MSi., saat ditemui Geobdg.com, dirumahnya, Komplek Lembah Pernah Hanjuang (LPH), Kota Cimahi, belum lama ini. Menurutnya, beberapa penelitian terakhir menyimpulkan bahwa anemia yang dialami oleh remaja perempuan dapat menyebabkan anak yang dilahirkannya kelak mengalami stunting.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang yang ditandai dengan tinggi badan dibawah rata-rata tinggi badan pada usianya. Hal ini, merupakan isu nasional yang sedang ramai diperbincangkan dan mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah.
“Dampak dari stunting ini, merugikan masa depan suatu bangsa karena dapat menurunkan IQ Point anak yang menderitanya. Hal ini, akan berpengaruh terhadap kualitas SDM di masa depan sebagai generasi penerus bangsa,” katanya.
Anemia maupun stunting ini, katanya, dapat terjadi karena asupan makanan yang kurang dalam jangka waktu yang cukup lama. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kurangnya asupan makanan pada remaja putri yakni persepsi tubuh yang negative dan praktek diet yang salah.
“Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan kesehatan remaja putri, yakni melalui pemberian edukasi yang baik. Kurangnya asupan makanan juga dapat disebabkan tidak adanya akses untuk mendapatkan makanan, karena tidak ada nya uang untuk belanja bahan makanan,” papar Ellis.
“Kami bersama Dr. Cica Yulia, SPd, MSi., dari program studi Pendidikan Tata Boga, DPKK, FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan pihak desa Giri Mekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan melakukan kegiatan edukasi gizi pencegahan anemia dan stunting pada remaja perempuan di Desa tersebut,” tuturnya.
Menurut data yang di sampaikan oleh Sekretaris Desa Giri Mekar, Hadi, di desa tersebut terdapat 90 balita stunting, 15 ibu hamil dengan risiko tinggi. Hal ini mendorong tim PKM untuk berkontribusi dalam pencegahan Anemia remaja putri dan stunting di desa tersebut.
Ellis menambahkan, tujuan dari kegiatan ini yakni untuk meningkatkan pengetahuan pencegahan anemia dan stunting serta meningkatkan keterampilan remaja dan para kader PKK. Tentunya, dalam mengolah kuliner berbasis pangan lokal sebagai peluang bisnis agar para remaja putri calon ibu rumah tangga di masa depan berdaya dan bisa membantu perekonomian keluarga.
“Diharapkan program ini, bisa membantu pemerintah dalam menurunkan prevalensi anemia dan stunting. Berbagai materi telah disampaikan, seperti menghitung kebutuhan gizi remaja, masalah gizi pada remaja, menentukan status gizi seseorang berdasarkan antropometri menggunakan rumus Broca dan menghitung IMT, anemia dan stunting pada remaja, pangan lokal kaya gizi, metode memasak, pengolahan pangan lokal bergizi untuk bisnis kuliner, perhitungan harga jual makanan dan kemasan makanan,” tegasnya.
<Anto/Geobdg>.