Tangkapan Layar: Dirjen PHU Hilman Latief saat menutup kegiatan Orientasi Penguatan Moderasi Beragama Angkatan ke-VI di Bogor, Jawa Barat.

Dirjen PHU Minta Haji Ramah Lansia Terus Dikembangkan

2 minutes, 12 seconds Read

BANDUNG — Kembali, Haji ramah lansia selalu menjadi trademark atau desain utama dalam penyelenggaraan ibadah haji. Hal itu, jemaah haji yang berangkat akan didominasi jemaah lanjut usia (lansia). Setelah menunggu selama hampir 10-12 tahun.

Hal ini dikatakan oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Hilman Latief. Dalam penutupan kegiatan Orientasi Penguatan Moderasi Beragama Angkatan ke-VI di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.

“Ya, secara data ke depannya Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Dan masyarakat tergolong baby boomers akan semakin menua. Hal inilah dinamakan ageing society,” kata Hilman.

“Karena itu haji yang ramah lansia harus selalu kita jaga dan kembangkan. Karena jemaah haji Indonesia berangkat nantinya diperkirakan mereka yang sudah tua,” paparnya.

Semenjak Januari 2022, Hilman mengungkapkan pihak Arab Saudi sudah membahas kajian yang mendalam. Tentang perlunya rumusan terkait fikih berkemudahan di dalam haji.

“Fikih taysir fiil hajj, yakni fikih yang memberikan banyak kelonggaran. Kemudahan, kenyamanan, dan keamanan jemaah, karena kita tahu proses berhaji itu sangat berat. Jadi, fikihnya juga bervariatif, dan ini harus dituntaskan. Dengan kemampuan jemaah yang beraneka ragam,” tukas Hilman.

Kajian Fikih

Kajian mengenai fikih taysir, kata Hilman, telah dilakukan dan didiskusikan. Dengan institusi keagamaan yang ada di Indonesia. Seperti Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, dan lembaga otoritatif lainnya.

“Kajian ini sudah kita lakukan untuk mainstreaming fikih taysir itu akan seperti apa. Haji itu akan bagaimana, karena ini terkait bagaimana sebetulnya melayani jemaah dengan baik,” ungkap Hilman.

Hal itu, kata dia, perspektif moderasi dalam manasik haji diperlukan. Hal itu, untuk mengantisipasi berbagai hal baru yang akan diterapkan.

“Kemarin baru dilakukan konsep tentang murur yang mungkin awalnya masih asing bagi sebagian dari kita. Tetapi hal itu menunjukkan bahwa moderasi dalam fikih juga diperlukan edukasi yang baik dan proses cukup panjang. Hal ini juga masalah literasi,” jelasnya.

Dengan mengikuti rangkaian kegiatan Orientasi Penguatan Moderasi Beragama, Hilman berharap seluruh peserta dapat belajar. Hal itu, untuk menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) yang moderat dalam pikiran dan sikapnya. <Anto/geobdg.>

Share us:

Similar Posts

Leave a Reply