BANDUNG — Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. sudah buka suara ihwal dampak kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Hal itu, terhadap aktivitas ekonomi global maupun Indonesia.
Bagi Sri Mulyani, kembalinya Trump ke pucuk pimpinan tertinggi di Negeri Paman Sam itu, bukanlah kabar baik. Dia bahkan mengungkapkan, peristiwa kemenangan Trump saja sebagai Presiden AS pada Pilpres 2024. Digelar 5 November 2024 menghambat sentimen positif di dalam negeri.
“Dari pasar keuangan ada perkembangan tetapi kita lihat pergerakan. Dengan terpilihnya Trump memberikan sentimen cukup kuat pada minggu ini,” tukas Sri Mulyani. Saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, dikutip Senin (11/11/2024).
Dari sisi kurs rupiah, kata dia, sebetulnya sempat mengalami penguatan beberapa saat terakhir. Tetapi karena berita Trump terpilih sebagai Presiden AS, kini malah mengalami depresiasi.
“Hal itu, sekarang dengan terpilihnya Trump dolar indeks menguat. Sehingga rupiah kita dalam minggu ini cenderung tertekan,” ucap Sri Mulyani.
Penguatan Mata Uang Dolar AS
Perry juga memiliki pandangan yang tak jauh berbeda dengan Sri Mulyani dia menjelaskan telah mengkalkulasi. Berbagai kemungkinan dampak dari hasil Pilpres AS 2024 dimenangkan oleh Donald Trump terhadap Kamala Harris. Trump merupakan mantan Presiden AS ke 45 dengan periode jabatan 2017-2021.
Perry menambahkan, potensi ekonomi bisa terjadi ketika Trump kembali menjadi Presiden AS. Di antaranya penguatan mata uang dolar AS akan terus terjadi ke depan. Seiring dengan kembali munculnya tren penguatan suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate.
“Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi. Dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut,” jelas Perry.
Dia menuturkan, berbagai permasalahan itu tentu akan memberikan dampak langsung. Terhadap perekonomian negara-negara ekonomi berkembang, seperti Indonesia. Menurutnya, nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke depan, dan aliran modal asing akan semakin seret.
“Dinamika ini akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market. Termasuk Indonesia, yakni satu, tekanan-tekanan terhadap nilai tukar. Kedua, arus modal, dan ketiga, bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan,” tandasnya. <Anto/geobdg>