BANDUNG — Hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) BMKG di wilayah-wilayah Indonesia. BMKG mencatat sebagian besar wilayah Indonesia termonitor. Masih mengalami hujan dan Hari Tanpa Hujan (HTH) kategori Sangat Pendek (1-5 hari).
Tetapi, ada daerah yang mengalami HTH sangat panjang, yakni 31-30 hari. Kondisi ini terjadi di wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
“HTH terpanjang terjadi di Triwung Kidul, Jawa Timur selama 67 hari,” ungkap BMKG.
“HTH Dasarian III Juni 2024 berpeluang 1-5 hari di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Bali. Sebagian kecil Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah dan sebagian Papua Barat Daya, dan Papua Selatan,” rilis BMKG.
Klasifikasinya adalah:
- Waspada
untuk beberapa kabupaten/ kota di provinsi Jawa Barat - Siaga
untuk beberapa kabupaten di provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan NTT. - Awas
tidak ada.
Apa Itu ENSO?
El Nino-Southern Oscillation atau ENSO adalah anomali pada suhu permukaan laut. Di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya. Disebutkan, iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.
Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik. Menghasilkan arus laut yang mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.
Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan. Awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.
Dan, ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat. Hal itu, sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat. Maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.
“Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi. Suhu udara yang lebih rendah di siang hari. Dan lebih banyak badai tropis,” penjelasan BMKG di situs resmi. <Anto/geobdg>