Tangkapan Layar: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto (Dok. Istimewa).

Bangun Ekosistem Semikonduktor Mimpir RI dikawal OECD

2 minutes, 19 seconds Read

BANDUNG — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto menyatakan dengan tegas. Bahwa Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) akan memberikan bantuan bagi Indonesia. Hal itu untuk membangun ekosistem industri semikonduktor.

Diketahui bersama, semikonduktor menjadi industri yang sedang naik daun di dunia. Katanya, semikonduktor dibutuhkan oleh banyak industri lainnya, termasuk elektronik. Hal itu pun diungkapkan Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann. Hal ini dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara Bogor, dilansir CNBC Indonesia, Rabu (29/05/2024).

“Ya, tadi dalam pembicaraan Bapak Presiden dengan Sekjen Cormann juga dibahas hal yang dalam proses OECD ini. Hal ini OECD juga akan membantu terkait pengembangan ekosistem semikonduktor,” ungkap Menko Airlangga.

Airlangga menambahkan, OECD akan mempelajari bagaimana ASEAN sudah menjalankan proses roadmap digital. Tentunya, Digital Economy Framework Agreement (DEFA) dan itu juga menjadi proses pembelajaran di sana.

Pada akhir tahun 2024 ini, kata Airlangga, Sekjen Cormannn juga diagendakan akan kembali mengunjungi Indonesia untuk meluncurkan Survei Ekonomi Indonesia. Survei itu menjadi salah satu bentuk dukungan OECD bagi Indonesia untuk bisa meningkatkan iklim investasi.

“Tentu juga dapat menjadi negara yang setara dengan negara anggota OECD saat ini dalam pengembangan regulasi. Sehingga investor diharapkan akan terus melakukan investasi di Indonesia,” tandasnya.

Airlangga juga menyebutkan bahwa ada sejumlah pembelajaran dari beberapa negara anggota baru OECD yang mampu mencapai kinerja ekonomi lebih baik. Mulai dari Kosta Rika yang mampu menurunkan defisit anggarannya menjadi 5% dari PDB tahun 2021.

Lalu, Kolombia yang mengurangi suap asing dengan menerapkan Konvensi Anti-Suap OECD. Sedangkan Lituania dan Chili yang mampu menyelesaikan masa aksesi dalam kurun waktu 3 tahun.

Adapun terkait dengan proses aksesi saat ini, Indonesia juga memperoleh dukungan teknis dan non-teknis dari sejumlah negara sahabat anggota OECD. Komitmen dukungan ini berupa capacity building, pendanaan, hingga komunikasi diberikan oleh Australia, Belanda, dan berbagai negara lainnya.

“Hal itu, Jepang juga secara spesifik juga memberikan bantuan teknis melalui Japan International Cooperation Agency (JICA),” imbuh Airlangga.

“Setelah sampai pada tahapan adopsi peta jalan OECD lalu, langkah selanjutnya yang akan diambil Pemerintah yakni proses self-assesment. Hal ini akan dilakukan penyusunan memorandum awal yang rencananya diselesaikan dalam waktu 250 hari ke depan,” pungkasnya.

<Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts