Tangkapan Layar: Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia

Bahlil Terus Terang, 2 Raksasa Eropa Hengkang Proyek Nikel RI

2 minutes, 15 seconds Read

BANDUNG — Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa perihal hengkangnya dua perusahaan asal Eropa. Hal itu, yakni Eramet dan BASF dari proyek nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera, Maluku, Indonesia.

Bahlil beralasan, saat ini pasar mobil listrik di Eropa sedang mengalami penurunan termasuk di Amerika. Hal itu, karena menerapkan pajak impor untuk mobil listrik sebesar 100% khususnya pajak mobil impor dari China.

“Akibat pasarnya lagi turun, mereka terpaksa mengerem. Jadi bukan batal, menunda sementara, hingga dengan kondisi pasar global sudah bagus. Karena begitu mereka investasi produksi, kalau marketnya tak diserap pasar. Kan kasihan juga mereka,” kata Bahlil saat ditemui di Peresmian Pengoperasian Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia. Di Gresik, Jawa Timur, dilansir CNBC Indonesia Jumat (28/6/2024).

Hal itu, Bahlil menuturkan, bahwa pemerintah akan melakukan penyesuaian. Sebab, ekonomi global kini tak bisa dipastikan apa yang akan terjadi. Termasuk persaingan mobil listrik yang sangat kompetitif.

“Harga mobil listrik China itu murah-murah semua. Rekan-rakan kan bisa lihat Tesla bagaimana dia melakukan PHK massal. Kemudian proses penjualan dia juga tak terlalu maksimal. Karena memang mereka kalah bersaing dengan harga mobil China,” papar dia.

Mengutip mining technology, sejatinya Eramet atau perusahaan asal Prancis ini dan BASF asal Jerman. Telah menandatangani perjanjian dalam study kelayakan pembangunan pabrik nikel-kobalt pada tahun 2020.

Pabrik ini dibangun untuk memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Nilai investasi melibatkan kedua perusahaan. Hal itu, untuk membangun smelter nikel-kobalt di Weda Bay sekitar US$ 2,6 miliar.

Terlepas dari kemunduran itu, Eramet diklaim masih berkomitmen untuk mengevaluasi potensi investasi lain. Tentunya, di sektor nikel Indonesia untuk baterai EV dan berniat untuk terus memberikan informasi terbaru. Kepada para pemangku kepentingan mengenai perkembangannya.

Di sisi lain, BASF sudah menyatakan bahwa mereka akan menghentikan semua. Hal ini, termasuk kegiatan yang sedang berlangsung terkait dengan proyek Weda Bay.

“Pasokan bahan baku yang penting aman, bertanggung jawab dan berkelanjutan. Untuk produksi bahan aktif katoda prekursor, yang mungkin juga berasal dari Indonesia. Guna pengembangan masa depan bisnis bahan baterai kami.” kata Presiden divisi BASF Catalysts, Dr Daniel Schonfelder. Dilansir MiningTechnology berdasarkan laporan Bloomberg, Rabu (26/6/2024). <Anto/geobdg>

Share us:

Similar Posts